aku membencimu ranting sepi

elaina:

JADI INI CARAMU MEMBALAS
SURATKU RANTING SEPI, HAH!

kau pulangkan angin
dengan merobek bibirnya
demi ukir-ukiran tuturmu
tak tahukah kau betapa
sulitnya aku memetik
musim?

tapi kau berikan bangkai
peri berpita!
tak adakah ibamu pada peri itu?
biar nanti aku yang mengubur
bangkai itu di langit Tuhan

ya, ya, ya kau kibarkan bendera
permusuhan!

demi purnama yang berpijar
menghias gemintang
aku pastikan kau akan mati untuk
yang ke dua kalinya
hingga rusukmu menghimpun
gemertak meretak
berpetak tak berletak

ah, sarau!

ranting:

kata-katamu sungguh
menggelitik nadi-nadiku hingga
kerongga jantung

elaina, bahkan Tuhan bagiku tak
lebih dari sebuah gantungan
kunci, lalu engkau ancam diriku
dengan kematian?

kematian sudah ada dalam
genggam, apa yang perlu diriku
takuti?

titahkan Tuhan rampungkan
sayapmu terlebih dahulu,
sebelum aku patahkan nyawamu

elaina:

kau bukan manusia ranting
sekalipun bukan!

kau ruh kesepian yang
tergantung di antara pintu
tawang, yang tidak hidup pun
mati, dan kau bukan manusia
ranting

ranting:

adakah diriku pernah bertutur
kata?
merapal, mengikat makna beku?
bahwasannya diriku manusia
sekatapun tidak

diriku adalah aku yang bukan
Sang Hyang jua dirimu

elaina:

ah, tinggalkan sudah
sudahlah tinggalkan aku sendiri
sudah!

ranting:

tahukah engkau elaina?
justru hadirku karena sendirimu

elaina:

jantungku tertikam terisula
trista bersemayam erat di labirin
hati
ah, selaksa juita
dan aku hanya dekam

ranting:

diriku akan tertawa dan
mengatakan satu hal,

"karena kesepian begitu
menyakitkan."


@elmira
15 Mei 2010 [04:32]

balasan surat dari ranting sepi teruntuk elaina yang terukir di tepian bibir angin

sudah ku terima suratmu malam
tadi yang tersimpan rapi di saku
kanan angin, kerinduanmu yang
mengental sekeras habelur
menggeliat di antara gemulainya
mata-mata angin hingga para
rahim dewadaru menumbuh
kuncup sebelum waktunya


putri dalam cermin yang
mencipta gaharu di antara jiwa-
jiwa batu nan berpantul, adakah
iya terlepas kekang?
ternyata tidak
rembinya masihkah menggetih
luka?
rembuni hatinya penuh duka
ah, nyilu
pun ranyau miliknya terdengar di
kidung selatan


"tolong pecahkan cermin ini, agar
aku mampu menghitung hari."


dan elaina
aku bukanlah pengemis di
hadapan Tuhan,
yang meminta bertutur titah
tentang musim. adakah engkau
menginginkan musim dengan
warnasari?
maka tidurlah abadi di sana dapat
engkau temui seluruh musim
bahkan dapat engkau lihat
laut menangis dan malaikat yang
mati meringis


tak ada kenangan yang perlu ku
ingat tentang lalu
katamu membuat aku berteriak
parau menangis selaksa insan
nan kesurupan


gerimis yang merimis
pepohon yang beringgung
krikil-krikil bernyanyi
menyambut matiku


saat tapak kakiku tergelincir di
ujung jurang tebing adakah
engakau ulurkan jemarimu?
tidak!
engkau hanya menyaksi bisu dan
merentas air mata, terdiam kaku
menutup bibir


lalu elaina
bayangku akan selalu hadir tanpa
santau pun limpung selaksa
sangkela nan tak pegari hingga
diriku merangum nyawamu
dengan lingar


kepada matahari yang menangis
dan angin yang menari dengan
wajah terluka
langit pundung mati diam pada
hening
lalu aku?
masih menunggu takdir yang
bersembunyi dalam rahim


ini sekata impi
yang tersimpan rapi
di pucukpucuk setengah pagi
................... : mati


ku tulis surat ini di tepian bibir
angin dengan memakai keris
bersama tetesan darah dalam
nadi dan bangkai peri berpita


@elmira
14 Mei 2010 [13:30]

untuk takdir yang tak mampu ku genggam

diriku tak pernah tahu
apakah mata ini pada esok fajar
masih dapat terbuka menapaki
hari ceria


pun tak akan pernah tahu
apakah malam ini
malam terakhir saksikan langit
rembulan dan pendar gemintang
di penghujung


sebelum bibir ini
benar-benar beku membisu
sebelum mata ini
tak menyaksi lagi


dan sebelum jiwa
lepas tak menggenggam


cukup satu kalimat
yang mungkin basi terdengar
namun tulus terlantun


: "aku mencintaimu."


@elmira
11 Mei 2010 [16:04]

pun harusnya aku bersamamu

ini sayang
sudah terlipat setengah hati
diantara lingkar cincin
pertunangan diriku
dengannya tadi pagi


dan di letakkanlah cincin itu
diantara seperempat hening nisan


: kekasihnya
yang setahun silam
sudah mati


@elmira
10 Mei 2010 [01:05]

Coba lihat Langit

apakah langit masih berada
diatas?


membuai aksara
melumat serpihan bulan


tak lelah menaungi
melapisi wajah bumi


ku coba pahami langit
di tiap-tiap perbatasan titik
antara pilar-pilar berkoma


ini tentang langit
saat mentari menghias nirwana


ini masih tentang langit
tentang simpul air mata hujan


ah, ini juga masih tentang langit
tentang nanti
yang bila saatnya tiba
di gulung oleh tanganNya


@elmira
09 Mei 2010 [19:02]

Dihadapan Ranting Sepi

; aku berpaling


namun gemulai jemarinya
menarikku kembali




@elmira
09 Mei 2010 [06:28]

Aku dan Ranting Sepi (II)

elaina:


ranting..
tadi sepotong mimpi,membutakan rasa,
menyerupa warna,
serupa bayang namun tak ku mengerti.


engkau berlarilari di sela-sela lorong labirin, menarinari,
terjatuh..
namun tetap terbangun dan menari lagi.


sebenarnya aku sungguh takut, mengapa engkau demikian?.




ranting:


diriku sungguh ingin menjadi dirimu
bukan memiliki!
tapi seutuhnya dirimu,
di setiap ruang tak tersisa


yang sepenuhnya dalam genggam,
setelah rampung semua nafasku sejenak


@elmira
07 Mei 2010 [04:04]

aku dan ranting sepi (I)

ranting:


air mata sudah ku bakar
dengan enam warna api
tapi tak pernah mati


mengapa dia harus abadi?


elaina:


karena saat membakar
engkau lupa mengunci
hati


ranting:


sudah ku simpul mati
seluruh penjuru hati
hingga tak ada ruang
: bernafas lagi


elaina:


di sana, dalam hati
bersemayam ruh-ruh sepi
yang menggantung diri
mengatur ruas-ruas
tanpa engkau sadari


ranting:


lalu aku?
diriku
harus bagaimana?


elaina:


tidurlah
nanti akan ku curi
air matamu
dalam hati




@elmira
02 Mei 2010 [15:1o]

kamu itu kamu (cinta)

"surga itu kamu"
untaian kata yang aku harap terucap dari bibir seorang laki-laki

laki-laki yang sudah bersayap
dan duduk di tepian langit putih

impian kosong

"engkau laksana surga"
untaian kata yang tiba-tiba terucap dari bibir seorang laki-laki

laki-laki yang ku cintai
dan masih menggenggam bumi

penuh impian dan harapan

Tuhan juga tahu
dimana hatiku akan
berlabu

@elmira
Kairo,
02 Mei 2010 [08:08]

Surat untuk Gadis

biarkan aku pergi, berkelana jauh mengembara
mencari titik pelangi
mengunjungi tempat dimana dua musim bertemu
bertaruh pada pilar-pilar dewi


biarkan aku pergi, bekelana jauh mengembara
hanya dengan satu sayap di punggung
dan petunjuk sinar mentari yang melintang


gadis
jangan engkau menangis
relakan semua serpihan jarak


gadis
nanti akan ku bungkus sepotong senyuman angin
sebagai cendra mata untukmu
: menghapus
dukamu


tapi gadis
jika nyawaku tak putus
di tengah perjalanan
karena aku melihat maut sedang mengintai dimata langit


@elmira
Kairo,
01 Mei 2010 [14:59]

minna-san e arigatao gozaimasu soshite yurushite kudasai (terimakasih untuk kalian dan maafkan diriku)

dan di sini
dunia dimensi
kita bersama merangkai serpihan kata


menjual titik
menawar koma
memeluk tawa
memenggal sepi


di antara tuts tuts
huruf
dan angka-angka


jika salah satu pundung
maka akan bersahut senandung
hingga tak ada lagi mendung
yang menyelubung


kita terpaut hangat menyulut
selaksa putik mawar
setengah pagi


berembun bening
mewarna magenta


kita terpaut hangat menyulut
berhembus riang
menyelami kata


bergenggam mesra
laksana malam; purnama


tak ada sunyi
tak ada sedih


meski retina tak pernah menyaksi
jemari tak saling menyentuh
tapi hati terikat erat berpita


arigatou for all of you
and gomenassai






puisi sederhana ini aku persembahkan
untuk semua teman-teman di facebookku


arigatao gozaimasu :)


@elmira
Kairo,
30 April 2010 [20:20]
 
 
 

gadis kupu-kupu

gadis kupu-kupu
Hei, kau gadis kupu-kupu.. pa bila ku buka sangkarmu, adakah dirimu akan menjadi binal?, JAWAB..!!, takkah dirimu lihat air mataku menghujam pedih menunggu!. Tetaplah dirimu disana jangan engkau melangkah sejengkalpun melihat dunia luar, tetaplah dalam sangkar, rajut senyummu hingga sempurna, tetaplah. Hingga sampai saatnya nanti matahari lelah pijar.

Bunga Kapas

Bunga Kapas
ah, bunga kapas.. pergilah terbang melayang mengawan yang menawan, lalu pulanglah kembali ceritakan padaku tentang lima warna musim.

pudar Harapan lamun

pudar Harapan lamun
Biarkan aku terjatuh, jangan takut! jangan pernah takut. Biar mereka yang di bawah sana tau!, bahwa aku memiliki apa yang mereka tak miliki. Biarkan mereka semua tau!, yang diatas maupun yang di bawah, bahwa aku masih memiliki Bentang, untuk nikmati hariku di letak tertinggi.
 
Copyright © Ranting Sepi
Using Protonema Theme | Bloggerized by AVR