kisah mawar merah (draft)

Pagi hari di kota bogor bersama teman-teman, aku berkunjung ke kebun raya bogor. Kebun raya bogor memang tempat yang menyenangkan, disini terdapat berbagai jenis tumbuhan mulai yang kecil hingga yang berumur ratusan tahun. Kami menikmati alam sambil sesekali mempelajarinya.

"Fiona istirahat sebentar.. kita makan dulu" tegur Mei padaku.

"Kamu duluan saja nanti aku menyusul. Aku masih mau jalan-jalan."

"Oke deh, jangan lupa tempatnya ya.. nanti nyasar lagi."

"Gak, santai aja.." jawabku sambil berlalu dari hadapan Mei.

Tempat ini sangat luas, ku telusuri setiap arahnya. Ku tapaki setiap jalannya. Tak ada kebisingan seperti di tengah ibu kota, disini embun lindap, pohon-pohon seperti tersenyum seakan merdeka, bebas dari serangan penebangan hutan liar dan polusi.
dapat ku dengar suara angin dan gesekan dedaunan. Tiba-tiba tatapan mataku tertuju pada sebuah taman kecil di belakan pohon yang menjulang tinggi.

Taman mawar?. Ternyata ada juga taman bunga mawar.

Saat mendekat semerbak harumnya menyambut, sungguh indah mawar-mawar ini merekah sempurna.

"Adik..." suara lembut tepat dibelakangku menyapaku.

ku palingkan wajah untuk mencari asal suara panggilan itu. Seorang gadis dengan paras elok, mata binar kehijauan, rambut terurai panjang keemasan. Mengenakan gaun putih bercorak bunga dengan sulaman merah muda.
Sepertinya dia bukan orang Indonesia. Mungkin dia turis, dan pakaiannya terlalu mencolok untuk berpergian ke tempat-tempat seperti ini.

"Nama adik siapa...?" tanyanya.

"Fiona kak" Bahasa indonesianya lancar sekali gumamku dalam hati.

"Nama yang indah, apa adik pernah tau. Mengapa mawar berduri, dan berada di bumi...?" tanyanya.

"Kalo itu sih gak tau kak" jawabku masih menatap wajahnya yang cantik.

Gadis itu memetik salah satu bunga mawar merah yang mekar dan ranum.
Lalu mendekatiku dan menyematkan mawar itu di daun telingaku. Dapat ku rasakan lembut jemari tangannya menyentuh pipi.

"Eh.. kak terimakasih mawarnya" jawabku malu. Sambil membenarkan letak mawar pada daun telingaku.

Gadis itu tersenyum, hijau matanya yang berbinar menatapku.

"Bolehkah aku bercerita sejenak" tanyanya.

"Boleh kak, mau cerita apa...?"

"Asal mula bunga mawar"

"Wah.. aku belum pernah dengar" jawabku.

Gadis cantik itu mengambil posisi untuk duduk. Dia melipat kakinya dengan anggun sekali. Dan jaraknya berdekatan dengan bunga-bunga mawar.

"Mari duduklah di dekatku, wahai manusia berparas cantik" ajaknya.

Ternyata kakak ini ramah sekali gumamku. Ku dekati dirinya. Lalu duduk manis tepat di sebelahnya.

"Di antara langit dan bumi ada jarak yang tak terhitung,
tapi bumi selalu menyaksikan kehidupan di langit, begitupun sebaliknya" gadis itu mulai bercerita sambil menengadahkan wajahnya pada langit. Entah mengapa tatapan matanya berubah sendu. Seperti ada kesedihan yang tersembunyi. Atau malah sebaliknya kebahagiaan?.

"Alkisah ada seorang dewi, yang bernama Luna adik dari Helios sol. Dewi bersayap kupu-kupu tujuh warna.
Berparas cantik, lembut sua dan sempurna. Pemilik istana bulan. Kesejahtraan selalu ada padanya.

Tapi Luna menyimpan rahasia di lubuk hatinya. Yaitu cinta. Cinta yang terbelenggu. Cinta yang sulit.

Lucifer. Iya adalah Lucifer penggenggam hatinya. Dewa terbuang dari surga. Dan dikutuk menjadi iblis, penghuni abadi neraka.

Cinta mereka sudah terjalin cukup lama.
Cinta yang tak mungkin pernah bisa bersatu. Cinta yang menyedihkan.

Takdirlah yang telah mempertemukan mereka,
saat Lucifer masih bersenadung cahaya. Dilingkaran para dewa.

Sampai akhir saatnya terbuang, karena alasan yang tidak jelas dari dewa-dewa maha tinggi.

Menurut kabar yang tersiar, peramal mengatakan bahwa Lucifer akan menjadi dewa terkuat nantinya. Maka amarah para dewa menjadi semena-mena dan melampiaskannya pada Lucifer. Lalu membuangnya ke dalam neraka, karena mereka takut kedudukannya nanti bergeser.

Tapi entah, ini hanya selintas kabar di antara kabar-kabar yang lainnya.



"Aku di sini masih menunggu dirimu, menggenggam segumpal rindu, Lucifer cintaku" bisik dewi Luna dengan lembut, ditepi ujung sepi saruloka.

"Sampai kapan cinta ini tersembunyi sayang. Sedang diriku tak kuat menahan hati". Adik dari Helios Sol itu terus bergumam dalam hati dan menanti ditemani kabut-kabut putih tebing saruloka.

"Luna..." tiba - tiba terdengar suara memangil.

"Lucifer..!!" ucap luna kaget. Sesosok laki-laki bertubuh tinggi memakai jubah hitam, dengan bola mata sedikit merah. Berkulit putih pucat pasih. Meski demikian garis-garis wajahnya terlihat tampan menawan. sudah berdiri dihadapannya.

"ka..ka..mu.. kenapa kamu kemari..? disini tempat para dewa bersemayam, tempat kakakku tinggal. Aku takut semuanya terbongkar."

"Sampai kapan kita akan terus seperti ini, Luna?" tanyanya.

Luna terdiam. Tak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan Lucifer. Tanpa tersadar air matanya menetes membasahi pipi putihnya yang kemerah-merahan.

"Ma..af.. a..a ku.." jawabnya terbata sambil terisak.

Seketika Lucifer menghapus air mata itu dengan jemarinya. Menyentuh dagunya lalu mengangkat wajahnya dan mengecup lembut bibir ranum milik Luna. Melumatnya hingga Luna merasa tenang.

"Sayang, air mata tak pernah cocok menjadi penghias pipimu" bisik Lucifer pada Luna, pun kecupan lembut mendarat dikuping kanan Luna. Hingga wajah Luna bertambah semu merah muda.

"Ah.. Lucifer aku mencintaimu.." bisik Luna lirih.

(bersambung)

Tidak ada komentar:

 
 
 

gadis kupu-kupu

gadis kupu-kupu
Hei, kau gadis kupu-kupu.. pa bila ku buka sangkarmu, adakah dirimu akan menjadi binal?, JAWAB..!!, takkah dirimu lihat air mataku menghujam pedih menunggu!. Tetaplah dirimu disana jangan engkau melangkah sejengkalpun melihat dunia luar, tetaplah dalam sangkar, rajut senyummu hingga sempurna, tetaplah. Hingga sampai saatnya nanti matahari lelah pijar.

Bunga Kapas

Bunga Kapas
ah, bunga kapas.. pergilah terbang melayang mengawan yang menawan, lalu pulanglah kembali ceritakan padaku tentang lima warna musim.

pudar Harapan lamun

pudar Harapan lamun
Biarkan aku terjatuh, jangan takut! jangan pernah takut. Biar mereka yang di bawah sana tau!, bahwa aku memiliki apa yang mereka tak miliki. Biarkan mereka semua tau!, yang diatas maupun yang di bawah, bahwa aku masih memiliki Bentang, untuk nikmati hariku di letak tertinggi.
 
Copyright © Ranting Sepi
Using Protonema Theme | Bloggerized by AVR