1.
Rinduku murni
Dikunyah waruna
Walang hati
Lipur lara
2.
Maheswara lenyap hati
Tangisi itu sepi
Sabit missa
Lenyap sudah nestapa
3.
Merpati tak bersayap
Merangkak di wajah bumi
Menunggu siraut menancap
Agar ajal dini
4.
Purnama risak mentari
Rincih di kening malam
Air mata berwirama
Saksikan ripuk - ripuk menghujam
5.
Itu mawar indah magenta
Menarik hati harum raga
Tapi apalah arti semua
Berduri santau nyeri jiwa
6.
Kidung rembi batari
Dalam sunyi
Di bawah pelangi
Pada ruh - ruh sepi
7.
Laut teduh menyapa
Mahia tujuh samudra
Ibarat karang bertalun
sapa sarapah laun - laun
@elmira
Tuhan untuk Kakak
Ini kakak ku bawakan Tuhan Untukmu
Genggam itu Tuhan kakak
Rabah kembali wajahNya
Telusuri jejak milikNya kakak
Ini bukan akhir segala
Ini kakak Tuhan sudah
Di hadapanmu
Cepat rangkul Ia kakak
Agar mati jiwamu berpijar lagi
Pawana menari untukmu
Dan langitpun tersenyum
Saksikan dirimu dan diriNya
Itu kakak
Tuhan menulis lagi
Kembalikan
Muasal takdirmu
Genggam itu Tuhan kakak
Rabah kembali wajahNya
Telusuri jejak milikNya kakak
Ini bukan akhir segala
Ini kakak Tuhan sudah
Di hadapanmu
Cepat rangkul Ia kakak
Agar mati jiwamu berpijar lagi
Pawana menari untukmu
Dan langitpun tersenyum
Saksikan dirimu dan diriNya
Itu kakak
Tuhan menulis lagi
Kembalikan
Muasal takdirmu
@elmira
Lamunku
Ini aku masih duduk tertegun
Pada wajah senja
Saksikan mentari di timur Berpulang
Dan rembulan yang malu - malu Menunggu malam
Teja senja yang menawan
Dan kenangan pada lalu melipat
Langit mulai kelabu
Para awan timang gemintang
Ranting meminang ras sunyi
Kuncup - kuncup mulai terlelap Lagi
Rintik - rintik itu menggerimis
Sambutan malam pada bumi
Pawana tersenyum semu
Penghuni alam senandung buluh Perindu
Aku tertegun kembali
Mencari lagi
Di mana letak wajah Pada malam
@elmira
Pada wajah senja
Saksikan mentari di timur Berpulang
Dan rembulan yang malu - malu Menunggu malam
Teja senja yang menawan
Dan kenangan pada lalu melipat
Langit mulai kelabu
Para awan timang gemintang
Ranting meminang ras sunyi
Kuncup - kuncup mulai terlelap Lagi
Rintik - rintik itu menggerimis
Sambutan malam pada bumi
Pawana tersenyum semu
Penghuni alam senandung buluh Perindu
Aku tertegun kembali
Mencari lagi
Di mana letak wajah Pada malam
Dan Langitpun Menangis
Lihat itu langit henti perlip
Patah pintal
Menebang harap
Lihat itu langit berkabung
Mengikis sayat
Ranyau kidung
Lalu matahari bergegas pergi
Tinggalkan dahina di titik semu
Ibarat pemenggalan saat pasat Sunyi
Merampun impian
Palingkan wajah pada malam
Dan langitpun menangis
@elmira
Patah pintal
Menebang harap
Lihat itu langit berkabung
Mengikis sayat
Ranyau kidung
Lalu matahari bergegas pergi
Tinggalkan dahina di titik semu
Ibarat pemenggalan saat pasat Sunyi
Merampun impian
Palingkan wajah pada malam
Dan langitpun menangis
@elmira
Kenangan Di Ujung Pedapa
Di penghujung tahun tinggalkan Kenang
Pada salah satu tubuh dewadaru
Di ujung ranting
Tuhan menyaksi
Ras - ras menemani
Pawana menangis
Ini buluh perinduh milik
Rembi batari
Yang tertulis di ranting kering
Aku bukan Maria yang di puja
Atau Athena yang mulia
Adanya diriku jauh dari sempurna
Yang ripuk hati rangup jiwa
Bila saatnya nanti
Rantus nyawa...,
Biarkan batari melukis sejenak
Di kanvas hati
Sebelum benar - benar Pergi
Hati ini telah
Terlukis bayangmu
Berwarna,
Seperti Tuhan saat memberi
Warna pada langit
ah..
Ujung ranting
Simpan ini sampai saatnya nanti Kehidupan ke dua
Pada salah satu tubuh dewadaru
Di ujung ranting
Tuhan menyaksi
Ras - ras menemani
Pawana menangis
Ini buluh perinduh milik
Rembi batari
Yang tertulis di ranting kering
Aku bukan Maria yang di puja
Atau Athena yang mulia
Adanya diriku jauh dari sempurna
Yang ripuk hati rangup jiwa
Bila saatnya nanti
Rantus nyawa...,
Biarkan batari melukis sejenak
Di kanvas hati
Sebelum benar - benar Pergi
Hati ini telah
Terlukis bayangmu
Berwarna,
Seperti Tuhan saat memberi
Warna pada langit
ah..
Ujung ranting
Simpan ini sampai saatnya nanti Kehidupan ke dua
@elmira
Angan Ngarai
Ini sehelai inai kecupan rindu
Dan seserpih pasir Alexandria
Ku titipkan pada pawana
Oh.. inai tatap mayapada
Jangan rimpuh akan Langkias
Sampaikan ini rindu
Padanya
Di negeri barata siwa
Perlahan
Dalam rapal sau - sau
@elmira
Kairo - Jogja
09 : 15 am
Dan seserpih pasir Alexandria
Ku titipkan pada pawana
Oh.. inai tatap mayapada
Jangan rimpuh akan Langkias
Sampaikan ini rindu
Padanya
Di negeri barata siwa
Perlahan
Dalam rapal sau - sau
@elmira
Kairo - Jogja
09 : 15 am
Tangkai Hati (2)
Tangkai hati...
Sajak ini ku tulis dengan pena jiwa Safa
Dan tinta air mata
Diriku bukan karang di tengah Lautan tak bertepi
Ataupun teja di bukit senja Tempat buluh perindu para Bidadari
Rembuni diriku tersadar semua
Adanya diri ini pemilik separuh jiwa
Yang kelak sejatinya kan pergi
Tangkai hati
Ini aku mengunyah Semu
Tangkai hati
Ini aku tangisi rindu
Di sini diriku menunggu...
Tempat ini
Saat aku sudah bersandar pada Pundak Tuhan
Lalu ulurkan jemari padamu
Agar gapaiku
Tangkai hati
Aku milikmu
Sampai saatnya nanti
Di penghujung sepi
@elmira
Sajak ini ku tulis dengan pena jiwa Safa
Dan tinta air mata
Diriku bukan karang di tengah Lautan tak bertepi
Ataupun teja di bukit senja Tempat buluh perindu para Bidadari
Rembuni diriku tersadar semua
Adanya diri ini pemilik separuh jiwa
Yang kelak sejatinya kan pergi
Tangkai hati
Ini aku mengunyah Semu
Tangkai hati
Ini aku tangisi rindu
Di sini diriku menunggu...
Tempat ini
Saat aku sudah bersandar pada Pundak Tuhan
Lalu ulurkan jemari padamu
Agar gapaiku
Tangkai hati
Aku milikmu
Sampai saatnya nanti
Di penghujung sepi
@elmira
Puisi Mimpi
Mimpi merajut semu
Di alam puan tidur
Bukan meranyau
Mimpi hadir
Hiasi ratapan
Adanya ini taklah mungkin
Di sana bukan dusta
Ruang harap, dan hunian
Tak ada Rembi
Di penghujung pipi
Ini mimpi safir tertanam
Ibarat siddi pelita malam
Bagai mimpi semalam
Tak ada kerapuhan
seumpama buluh perindu
di selatan kidung surga
Lingkar semua harapan semu
Di itu mimpi
Ini mimpi di letak
Kaki senja barat
Tempat itu mentari terbenam
Tempat senandung bidadri
Pemilik teja tiga warna
Mimpi dengarlah
Milik senandung tangis
Yang melebur menghujam jantung
Ahh.. mimpi
Tempat rampungnya
semua harapan dan cita cinta.
@elmira
Di alam puan tidur
Bukan meranyau
Mimpi hadir
Hiasi ratapan
Adanya ini taklah mungkin
Di sana bukan dusta
Ruang harap, dan hunian
Tak ada Rembi
Di penghujung pipi
Ini mimpi safir tertanam
Ibarat siddi pelita malam
Bagai mimpi semalam
Tak ada kerapuhan
seumpama buluh perindu
di selatan kidung surga
Lingkar semua harapan semu
Di itu mimpi
Ini mimpi di letak
Kaki senja barat
Tempat itu mentari terbenam
Tempat senandung bidadri
Pemilik teja tiga warna
Mimpi dengarlah
Milik senandung tangis
Yang melebur menghujam jantung
Ahh.. mimpi
Tempat rampungnya
semua harapan dan cita cinta.
@elmira
Jilbab untuk Farhana
Telusuri hari disetiap detiknya. Ini bau pagi masih dapat ku rasa. Hari pertamaku mengajar menjadi dosen di sebuah universitas terkemuka di Ibu kota.
Ku tengadahkan wajahku pada langit Lazwardi, awan putih...
"Udah ibu tenang aja, Hana bisa kok kuliah sambil kerja" kataku lembut pada ibu.
"Bukan begitu sayang, ibu takut nanti kamu kurang konsentrasi belajarnya" jawabnya sambil merapikan kue pesanan bu Ratna.
Ibuku sosok wanita yang sangat ku kagumi. Semenjak ayah meninggal lima belas tahun yang lalu. Ibu sendirian membesarkanku. Banting tulang tak kenal lelah.
Bahkan sewaktu aku kecil ibu pernah menjadi pembantu rumah tangga. Tapi sekarang alhamdulilah semenjak aku kuliah sambil bekerja mengajar les privat untuk anak - anak beban ibu berkurang. Ibu sekarang hanya berjualan kue pesanan tetangga.
"Mendingan uang hasil jualan ibu, buat beli jilbab yang lagi tren sekarang aja bu, pasti cocok buat ibu" jilbab yang ibuku gunakan modelnya sudah kuno. Tanpa corak, tanpa bordir. Hanya jilbab polos berwarna hitam.
"Sayang Tuhan tidak pernah melihat penampilan hambanya, tapi hatinya niat yang ibu punya untuk memenuhi perintahnya" jawaban sendu milik ibu. Tapi aku yakin dihati kecil ibu ingin memakai jilbab yang indah dan baju muslim yang bagus.
"Nah Hana, mulai kapan kamu mau berjilbab..?" tanya ibuku.
"Eh..." ini pertanyaan yang paling sulit ku jawab, karna aku belum siap untuk berjilbab. Kegiatanku banyak dan pasti akan merepotkan bila harus kemana - mana mengenakan jilbab.
"Tuhankan gak pernah melihat penampilan hambanya bu, tapi hatinya hehehe" jawabku sedikit bercanda.
Ibuku hanya tersenyum menatapku sambil menggelengkan kepalanya. Dan merapikan kue pesanan bu Ratna yang hampir rampung.
"Hana..." panggil ibu.
"Ada apa bu...?" tanyaku sambil membereskan perlengkapan. Karna sebentar lagi aku akan pergi mengajar les privat untuk anak - anak.
"Jangan pernah bersedih dalam hidup, karna kita ini tidak pernah sendiri" jawab ibuku.
"Ya.. ibu masa kalau nanti ada orang yang kecelakaan atau meninggal gak boleh sedih"
"Jangan pernah bersedih, karna kesedihan itu tak ada guna, jangan pernah bersedih karna kesedihan itu hanya memburamkan dunia, jangan pula pernah bersedih karna kita masih memiliki agama yang kita yakini, rumah yang kita diami, makanan yang dapat kita makan, air jernih yang kita minum, dan sesama yang dapat berbagi rasa" lalu ibu tersenyum padaku.
"Ibu kaya yang mau pergi haji aja nih.." kataku sambil candai ibu.
"Hana ingatlah syair ini selalu, Hukum kematian manusia masih terus berlaku,
karena dunia juga bukan tempat yang kekal abadi.
Adakalanya seorang manusia menjadi penyampai berita,
dan esok hari tiba - tiba menjadi bagian dari suatu berita,
ia diciptakan sebagai makhluk yang senantiasa galau nan gelisah,
sedang engkau mengharap selalu damai nan tentram.
Wahai orang yang ingin selalu melawan tabiat,
engkau mengharap percikan api dari genangan air.
Kala engkau berharap yang mustahil terwujud,
engkau telah membangun harapan di bibir jurang yang curam.
Kehidupan adalah tidur panjang, dan kematian adalah kehidupan,
maka manusia di antara keduanya; dalam alam impian dan khayalan.
Maka, selesaikan segala tugas dengan segera, niscaya umur - umurmu, akan terlipat menjadi lembaran - lembaran sejarah yang akan ditanyakan.
Sigaplah dalam berbuat baik laksana kuda yang masih muda,
kuasailah waktu, karena ia dapat menjadi sumber petaka.
Dan zaman tak akan pernah betah menemani anda, karena ia akan selalu lari meninggalkan anda sebagai musuh yang menakutkan dan karena zaman memang dicipta sebagai musuh orang - orang bertakwa."
"Ibu ternyata puitis banget ya" kataku dengan kagum.
Ibu hanya tersenyum. Lalu beranjak untuk pergi, kerumah bu Ratna mengantarkan kue pesanan.
"Hana ibu mau keluar dulu, kamu jangan lupa sholat ama makan ya" kata ibu sambil mengenakan jilbab kunonya. Yang hitam panjang, tanpa sulaman indah ataupun bordiran.
"Iya bu, Hana juga mau keluar sekalian, ibu Sarah minta pelajaran buat anaknya ditambah, kunci ibu yang bawa aja ya..."
"Iya nak hati - hati" kata ibu sambil memunggungiku. Dapat ku lihat punggung ibu, punggung penuh lelah. Ahh.. ibu andai anakmu ini mampu menggenggam lelahmu.
***********
Hari sudah sore, mengajar les privat sungguh melelahkan.
"HANA...!!" suara lantang dari seberang jalan memanggilku. Ternyata Erna teman sekampusku.
"Wah.. Hana selamat ya" katanya sambil mendekat kearahku.
"Selamat kenapa..?" tanyaku heran.
"Ah, kamu ini merendah semua anak - anak dikampus juga udah tau kalo kamu dapat bea siswa"
"Hah..! bea siswa..?" tanyaku lagi masih dengan heran.
"Iya, lho emang surat pemberitahuannya belum sampai..?" tanya Erna.
"Gak ada, atau jangan - jangan ama ibu, tapi ibu lupa" tiga hari memang aku gak kekampus. Bantu ibu dirumah, Menyelesaikan kue pesanan untuk pernikahan teman ibu.
"Iya kali Han, aduh sekali lagi selamat ya" kata Erna, sambil mencium pipiku kanan dan kiri.
"Iya Er, thanks ya"
Aku ingin menangis. Inikah rasanya bahagia itu. Ibu pasti bangga denganku.
Ibu pasti akan memujiku. Aku ingin melihat rekah di bibir ibu saat menyampaikan kabar bahagia ini. Aku ingin di peluk ibu.
Kupercepat langkah kaki saat memasuki gang sempit arah rumahku. Tapi aneh kenapa rumahku ramai, banyak sekali tetangga di halama tak seperti biasanya yang sunyi dan sepi.
Entah mengapa tiba - tiba ada perasaan getir pada hati, jantungku berdetak kencang.
Tanganku dingin, aku takut, mulai muncul pikiran yang tidak - tidak pada benakku.
Seketika ku lihat bu Erna berlari keluar dari dalam rumahku, menghampiriku, memelukku sambil menangis terisak.
"Ibu Erna kenapa..?" tanyaku, berharap semua keadaan baik - baik saja.
"Ibumu Han.. ibu mu..." jawab bu Erna sambil terisak, tanpa bisa melanjutkan pertanyaanku.
"IBU KENAPA..?!" tanyaku lantang.
"Ibumu.. tadi tertabrak, saat pulang dari pertokoan. Orang - orang di sekitar berusaha membawa ibumu ke rumah sakit. Tapi di tengah perjalanan Tuhan berkata lain" sahut pak rt yang sudah berdiri disampingku.
Bagai petir yang menyambar. Masih antara percaya dan tak percaya. Masih teringat percakapan ibu dan aku tadi pagi.
Aku hanya diam mematung, entah harus berkata apa.
Tuhan mengapa Kau ambil ibuku. Ibuku belum bahagia, akupun belum sempat menggenggam lelahnya. Air mataku jatuh membasahi pipih. Menghujam batinku.
"Ini Han" Kata pak rt, sambil menyodorkan bingkisan merah jambu.
"Ini milik ibumu."
Tanpa pikir panjang ku ambil bingkisan itu, langsung ku buka.
Terperangah aku, sedih, haru.
Jilbab.. ya sebuah jilbab dan sepucuk surat.
Teruntuk anakku Farhana,
Ibu senang sekali, saat mendapat surat pemberitahuan bea siswa milikmu nak.
Bangga hati ibu, mempunyai anak secerdasmu.
Jilbab putih ini sengaja ibu hadiakan untukmu.
Mengapa putih...?
karna ini mewakili hatimu yang tulus nak, mencintai ibu.
sengaja ibu pilihkan jilbab yang polos tanpa corak, karna ini mewaki akhlakmu yang indah tanpa celah.
Farhana anakku sayang,
jadilah engkau seperti namamu yang artinya bahagia.
Dari seorang ibu yang sangat menyayangi putrinya.
**********
"Hana.." panggilan ibu Nuri seorang dosen senior di universitas ini, membuyarkan seluruh lamunan masa laluku.
"Sebentar lagi kelas masuk, inikan hari pertamamu mengajar sebagai dosen" kata bu Nuri mengingatkan.
"Ia bu, terimakasih sudah mengingatkan" jawabku sambil tersenyum.
"Hana kalau ibu lihat sepertinya kamu ini wanita yang murah senyum ya.." tanya ibu Nuri.
"Aku akan terus tersenyum bu, meski apapun yang terjadi. Dengan tersenyum sosok wanita yang paling ku cintai hidup dalam bingkai hati, akupun akan terus tersenyum selama kematian dan diriku masih ada jarak sejengkal" jawabku, seraya tersenyum menatap ibu Nuri.
Ibu Nuri hanya mengkerutkan kening, dan menatap haran padaku. Mungkin dia tidak mengerti makna kata - kataku, dan takkan pernah mengerti.
Bukan begitu ibu yang dirimu katakan saat itu, gumamku dalam hati seraya menengadahkan wajah kelangit. Langit lazwardi.. awan putih,
seputih jilbab milikku.
@elmira
Ku tengadahkan wajahku pada langit Lazwardi, awan putih...
"Udah ibu tenang aja, Hana bisa kok kuliah sambil kerja" kataku lembut pada ibu.
"Bukan begitu sayang, ibu takut nanti kamu kurang konsentrasi belajarnya" jawabnya sambil merapikan kue pesanan bu Ratna.
Ibuku sosok wanita yang sangat ku kagumi. Semenjak ayah meninggal lima belas tahun yang lalu. Ibu sendirian membesarkanku. Banting tulang tak kenal lelah.
Bahkan sewaktu aku kecil ibu pernah menjadi pembantu rumah tangga. Tapi sekarang alhamdulilah semenjak aku kuliah sambil bekerja mengajar les privat untuk anak - anak beban ibu berkurang. Ibu sekarang hanya berjualan kue pesanan tetangga.
"Mendingan uang hasil jualan ibu, buat beli jilbab yang lagi tren sekarang aja bu, pasti cocok buat ibu" jilbab yang ibuku gunakan modelnya sudah kuno. Tanpa corak, tanpa bordir. Hanya jilbab polos berwarna hitam.
"Sayang Tuhan tidak pernah melihat penampilan hambanya, tapi hatinya niat yang ibu punya untuk memenuhi perintahnya" jawaban sendu milik ibu. Tapi aku yakin dihati kecil ibu ingin memakai jilbab yang indah dan baju muslim yang bagus.
"Nah Hana, mulai kapan kamu mau berjilbab..?" tanya ibuku.
"Eh..." ini pertanyaan yang paling sulit ku jawab, karna aku belum siap untuk berjilbab. Kegiatanku banyak dan pasti akan merepotkan bila harus kemana - mana mengenakan jilbab.
"Tuhankan gak pernah melihat penampilan hambanya bu, tapi hatinya hehehe" jawabku sedikit bercanda.
Ibuku hanya tersenyum menatapku sambil menggelengkan kepalanya. Dan merapikan kue pesanan bu Ratna yang hampir rampung.
"Hana..." panggil ibu.
"Ada apa bu...?" tanyaku sambil membereskan perlengkapan. Karna sebentar lagi aku akan pergi mengajar les privat untuk anak - anak.
"Jangan pernah bersedih dalam hidup, karna kita ini tidak pernah sendiri" jawab ibuku.
"Ya.. ibu masa kalau nanti ada orang yang kecelakaan atau meninggal gak boleh sedih"
"Jangan pernah bersedih, karna kesedihan itu tak ada guna, jangan pernah bersedih karna kesedihan itu hanya memburamkan dunia, jangan pula pernah bersedih karna kita masih memiliki agama yang kita yakini, rumah yang kita diami, makanan yang dapat kita makan, air jernih yang kita minum, dan sesama yang dapat berbagi rasa" lalu ibu tersenyum padaku.
"Ibu kaya yang mau pergi haji aja nih.." kataku sambil candai ibu.
"Hana ingatlah syair ini selalu, Hukum kematian manusia masih terus berlaku,
karena dunia juga bukan tempat yang kekal abadi.
Adakalanya seorang manusia menjadi penyampai berita,
dan esok hari tiba - tiba menjadi bagian dari suatu berita,
ia diciptakan sebagai makhluk yang senantiasa galau nan gelisah,
sedang engkau mengharap selalu damai nan tentram.
Wahai orang yang ingin selalu melawan tabiat,
engkau mengharap percikan api dari genangan air.
Kala engkau berharap yang mustahil terwujud,
engkau telah membangun harapan di bibir jurang yang curam.
Kehidupan adalah tidur panjang, dan kematian adalah kehidupan,
maka manusia di antara keduanya; dalam alam impian dan khayalan.
Maka, selesaikan segala tugas dengan segera, niscaya umur - umurmu, akan terlipat menjadi lembaran - lembaran sejarah yang akan ditanyakan.
Sigaplah dalam berbuat baik laksana kuda yang masih muda,
kuasailah waktu, karena ia dapat menjadi sumber petaka.
Dan zaman tak akan pernah betah menemani anda, karena ia akan selalu lari meninggalkan anda sebagai musuh yang menakutkan dan karena zaman memang dicipta sebagai musuh orang - orang bertakwa."
"Ibu ternyata puitis banget ya" kataku dengan kagum.
Ibu hanya tersenyum. Lalu beranjak untuk pergi, kerumah bu Ratna mengantarkan kue pesanan.
"Hana ibu mau keluar dulu, kamu jangan lupa sholat ama makan ya" kata ibu sambil mengenakan jilbab kunonya. Yang hitam panjang, tanpa sulaman indah ataupun bordiran.
"Iya bu, Hana juga mau keluar sekalian, ibu Sarah minta pelajaran buat anaknya ditambah, kunci ibu yang bawa aja ya..."
"Iya nak hati - hati" kata ibu sambil memunggungiku. Dapat ku lihat punggung ibu, punggung penuh lelah. Ahh.. ibu andai anakmu ini mampu menggenggam lelahmu.
***********
Hari sudah sore, mengajar les privat sungguh melelahkan.
"HANA...!!" suara lantang dari seberang jalan memanggilku. Ternyata Erna teman sekampusku.
"Wah.. Hana selamat ya" katanya sambil mendekat kearahku.
"Selamat kenapa..?" tanyaku heran.
"Ah, kamu ini merendah semua anak - anak dikampus juga udah tau kalo kamu dapat bea siswa"
"Hah..! bea siswa..?" tanyaku lagi masih dengan heran.
"Iya, lho emang surat pemberitahuannya belum sampai..?" tanya Erna.
"Gak ada, atau jangan - jangan ama ibu, tapi ibu lupa" tiga hari memang aku gak kekampus. Bantu ibu dirumah, Menyelesaikan kue pesanan untuk pernikahan teman ibu.
"Iya kali Han, aduh sekali lagi selamat ya" kata Erna, sambil mencium pipiku kanan dan kiri.
"Iya Er, thanks ya"
Aku ingin menangis. Inikah rasanya bahagia itu. Ibu pasti bangga denganku.
Ibu pasti akan memujiku. Aku ingin melihat rekah di bibir ibu saat menyampaikan kabar bahagia ini. Aku ingin di peluk ibu.
Kupercepat langkah kaki saat memasuki gang sempit arah rumahku. Tapi aneh kenapa rumahku ramai, banyak sekali tetangga di halama tak seperti biasanya yang sunyi dan sepi.
Entah mengapa tiba - tiba ada perasaan getir pada hati, jantungku berdetak kencang.
Tanganku dingin, aku takut, mulai muncul pikiran yang tidak - tidak pada benakku.
Seketika ku lihat bu Erna berlari keluar dari dalam rumahku, menghampiriku, memelukku sambil menangis terisak.
"Ibu Erna kenapa..?" tanyaku, berharap semua keadaan baik - baik saja.
"Ibumu Han.. ibu mu..." jawab bu Erna sambil terisak, tanpa bisa melanjutkan pertanyaanku.
"IBU KENAPA..?!" tanyaku lantang.
"Ibumu.. tadi tertabrak, saat pulang dari pertokoan. Orang - orang di sekitar berusaha membawa ibumu ke rumah sakit. Tapi di tengah perjalanan Tuhan berkata lain" sahut pak rt yang sudah berdiri disampingku.
Bagai petir yang menyambar. Masih antara percaya dan tak percaya. Masih teringat percakapan ibu dan aku tadi pagi.
Aku hanya diam mematung, entah harus berkata apa.
Tuhan mengapa Kau ambil ibuku. Ibuku belum bahagia, akupun belum sempat menggenggam lelahnya. Air mataku jatuh membasahi pipih. Menghujam batinku.
"Ini Han" Kata pak rt, sambil menyodorkan bingkisan merah jambu.
"Ini milik ibumu."
Tanpa pikir panjang ku ambil bingkisan itu, langsung ku buka.
Terperangah aku, sedih, haru.
Jilbab.. ya sebuah jilbab dan sepucuk surat.
Teruntuk anakku Farhana,
Ibu senang sekali, saat mendapat surat pemberitahuan bea siswa milikmu nak.
Bangga hati ibu, mempunyai anak secerdasmu.
Jilbab putih ini sengaja ibu hadiakan untukmu.
Mengapa putih...?
karna ini mewakili hatimu yang tulus nak, mencintai ibu.
sengaja ibu pilihkan jilbab yang polos tanpa corak, karna ini mewaki akhlakmu yang indah tanpa celah.
Farhana anakku sayang,
jadilah engkau seperti namamu yang artinya bahagia.
Dari seorang ibu yang sangat menyayangi putrinya.
**********
"Hana.." panggilan ibu Nuri seorang dosen senior di universitas ini, membuyarkan seluruh lamunan masa laluku.
"Sebentar lagi kelas masuk, inikan hari pertamamu mengajar sebagai dosen" kata bu Nuri mengingatkan.
"Ia bu, terimakasih sudah mengingatkan" jawabku sambil tersenyum.
"Hana kalau ibu lihat sepertinya kamu ini wanita yang murah senyum ya.." tanya ibu Nuri.
"Aku akan terus tersenyum bu, meski apapun yang terjadi. Dengan tersenyum sosok wanita yang paling ku cintai hidup dalam bingkai hati, akupun akan terus tersenyum selama kematian dan diriku masih ada jarak sejengkal" jawabku, seraya tersenyum menatap ibu Nuri.
Ibu Nuri hanya mengkerutkan kening, dan menatap haran padaku. Mungkin dia tidak mengerti makna kata - kataku, dan takkan pernah mengerti.
Bukan begitu ibu yang dirimu katakan saat itu, gumamku dalam hati seraya menengadahkan wajah kelangit. Langit lazwardi.. awan putih,
seputih jilbab milikku.
@elmira
Balalaika Berdawai (2)
Ini ronta hati bersenandung
Milik puan air mata
Nada pada tiap butir - butir rembi
Irama di tiap keluh
Biarlah semua tergenggam
Meski menggetih sekalipun
Biar semua limpung
Hujami jantung
Ah.. tak peduli
Diriku sarsar adanya
Petik lembut balalaika
Curah hujan jadi penghias
Dewadaru menaungi
Dawai - dawai menemani
Tapi...,
Bagaimana mungkin
Irama ini melaun sempurna
Bila senarnya rantus satu
Ah.. sarau..
Apa ku gigit saja nadi ini
Jadikan pengganti
Agar balalaika
Berdawai lagi
Biarkan aku tetap bersenandung
Bersama tarian signorina
Ruh - ruh pemilik kesunyian
Milik puan air mata
Nada pada tiap butir - butir rembi
Irama di tiap keluh
Biarlah semua tergenggam
Meski menggetih sekalipun
Biar semua limpung
Hujami jantung
Ah.. tak peduli
Diriku sarsar adanya
Petik lembut balalaika
Curah hujan jadi penghias
Dewadaru menaungi
Dawai - dawai menemani
Tapi...,
Bagaimana mungkin
Irama ini melaun sempurna
Bila senarnya rantus satu
Ah.. sarau..
Apa ku gigit saja nadi ini
Jadikan pengganti
Agar balalaika
Berdawai lagi
Biarkan aku tetap bersenandung
Bersama tarian signorina
Ruh - ruh pemilik kesunyian
@elmira
Cermin Hati Si Buta
Mata itu ungkap rasa
Yang berpijar saratkan makna
Tatapan liputi sukma
Sendu
Ahh.. luluhkan ini jiwa
Mata itu cermin hati
Oh.. si buta
Dimana jumpa itu
Cermin hati
Apa dalam saruloka
Selatan kalbu
Atau lisan tanpa
Penglihatan
Engkau si buta
Jangan rantus asa
Rapalmu adalah jujur
Biar lil - lil jadi saksi
Hatimu adalah tamam
Itu tertanam pasti
Di belahan tanpa rarai
Dalam hati
Cermin hati
Yang berpijar saratkan makna
Tatapan liputi sukma
Sendu
Ahh.. luluhkan ini jiwa
Mata itu cermin hati
Oh.. si buta
Dimana jumpa itu
Cermin hati
Apa dalam saruloka
Selatan kalbu
Atau lisan tanpa
Penglihatan
Engkau si buta
Jangan rantus asa
Rapalmu adalah jujur
Biar lil - lil jadi saksi
Hatimu adalah tamam
Itu tertanam pasti
Di belahan tanpa rarai
Dalam hati
Cermin hati
@elmira
Kecupan di Sayap Rapae
Pada pieris rapae
Diriku kecup sayapnya
Agar dirimu dapat rasakan
Betapa ranumnya bibirku
Sabit ini janji padanya
Terbanglah mengawan
Wahai rapae...
Dekap itu bunga kapas
Sampaikan kecup
Dan bisikanku padanya
Genggam ini janji rapae
Hingga dirimu hinggap
Di telapak tangannya
Telapak Miliknya
Tangkai hati
Diriku kecup sayapnya
Agar dirimu dapat rasakan
Betapa ranumnya bibirku
Sabit ini janji padanya
Terbanglah mengawan
Wahai rapae...
Dekap itu bunga kapas
Sampaikan kecup
Dan bisikanku padanya
Genggam ini janji rapae
Hingga dirimu hinggap
Di telapak tangannya
Telapak Miliknya
Tangkai hati
@elmira
Bisikku pada Bunga kapas
Ini rindu lindap di hati biru
Berpijar sumu dalam batin
Menunggu hampiri safa
Jamahmu ini diri
Pada bunga - bunga kapas
Diriku bisikan bahasa cinta
Milikku milikmu
Nuai senandung
Terbanglah melayang...
Hampiri pucuk - pucuk awan
Sapalah karubin
Ceritakan tentang cinta
Dua insan
Lalu hinggaplah pada kupu - kupu
Menutur dirimu
Pada dirinya
Tangkai hati
@elmira
Berpijar sumu dalam batin
Menunggu hampiri safa
Jamahmu ini diri
Pada bunga - bunga kapas
Diriku bisikan bahasa cinta
Milikku milikmu
Nuai senandung
Terbanglah melayang...
Hampiri pucuk - pucuk awan
Sapalah karubin
Ceritakan tentang cinta
Dua insan
Lalu hinggaplah pada kupu - kupu
Menutur dirimu
Pada dirinya
Tangkai hati
@elmira
Putri dalam Cermin
Menimang angan meratap khayal
Menutur rembi, si lukis raga
Sadu perangai dalam cermin
Sabit takdir pada hati bagai Sabitah
Tatap itu tegak tegar pasti
Semu tak menggapai
Putri dalam cermin
Rancak paras
Lembut sua
Melati sukma
Binar itu hijau mata
Ibarat milik Tuhan lima helai Mahkota tapak dara
Gaunmu tegarun
Laal jua mutiara langit menjadi Penghias
seumpama pasir putih di ujung lautan teduh tak bertepi
Ah.. seindah - indah dirimu Hanyalah putri dalam cermin
Tak terjamah
Pun menjamah
Hitung ini angan - angan lalu Simpan dalam pasara
Saat nanti rantus nyawa.
@elmira
Menutur rembi, si lukis raga
Sadu perangai dalam cermin
Sabit takdir pada hati bagai Sabitah
Tatap itu tegak tegar pasti
Semu tak menggapai
Putri dalam cermin
Rancak paras
Lembut sua
Melati sukma
Binar itu hijau mata
Ibarat milik Tuhan lima helai Mahkota tapak dara
Gaunmu tegarun
Laal jua mutiara langit menjadi Penghias
seumpama pasir putih di ujung lautan teduh tak bertepi
Ah.. seindah - indah dirimu Hanyalah putri dalam cermin
Tak terjamah
Pun menjamah
Hitung ini angan - angan lalu Simpan dalam pasara
Saat nanti rantus nyawa.
@elmira
Rembi Batari
Meripuk hatiku
Mengawan tinggi
Takkan lelah aku menangis
Nikmati hening saruloka
Ahh.. malimat lipit
Suara sunyi
Pada angan sepi
Inakah tamam
Pemilik sempurna
Pinang gundah
Nikmati kelabu malam
Biarkan rusuk menghimpun
Menjamah rindu
Tindas lara meradu
Batari tangis batu
Lempar harap semu
Menjamah rindu
Jauh tak beradu
Pada sau rimpuh
@elmira
Mengawan tinggi
Takkan lelah aku menangis
Nikmati hening saruloka
Ahh.. malimat lipit
Suara sunyi
Pada angan sepi
Inakah tamam
Pemilik sempurna
Pinang gundah
Nikmati kelabu malam
Biarkan rusuk menghimpun
Menjamah rindu
Tindas lara meradu
Batari tangis batu
Lempar harap semu
Menjamah rindu
Jauh tak beradu
Pada sau rimpuh
@elmira
Ulat, Kepompong, dan Kupu - Kupu
Sadarkah kita siapa kupu - kupu itu.. ?
Kupu - kupu dan ulat adalah mahluk yang sama, mereka memulai semua dari telur, ulat, kepompong, lalu bermetamorfosa menjadi kupu - kupu.
- Ulat
Mengapa manusia harus membenci ulat.. ?
Tanpa ulat maka tak akan pernah ada kupu - kupu.
Ulat adalah binatang paling penyabar ciptaan Tuhan, mengapa saya katakan demikian..?
Patut kita mencotoh cara hidup dari seekor ulat.
Lihat ulat yang dalam hidupnya mendapat cercaan, penindasan ( contoh penyemprotan partisida ), dan keadaan hidupnya yang rentan dekat dengan kematian.
Ulat tetap berjalan menulusuri hidupnya dengan sabar dan perlahan, sedikit demi sedikit tapi penuh keyakinan dan kepastian.
Maka saya beri kesimpulan Ulat itu binatang yang penyabar.
- Kepompong
Kepompong adalah tahapan Ulat bermetamorfosa menjadi kupu - kupu.
Lihat betapa pasrahnya seekor ulat saat berdiam didalam kepompong selama 21 hari. Dua puluh satu hari itu bukan waktu yang sebentar.
Kesabaran kepasrahan terhadap Tuhannya ia berikan disini.
Apa bisa manusia sedemikian pasrah terhadap Tuhannya..?
Sungguh manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna dan paling banyak berkeluh kesah.
Maka saya katakan Ulat adalah bintang penyabar, pasrah ikhlas.
Taukah kalian..?
Saat ulat berdiam diri didalam kepompong, nyawanya terancam banyak binatang yang mengincarnya, untuk santapannya.
Dan keluar dari kepompong bukan hal yang mudah. Ia harus berusaha keras.
Tak banyak kupu - kupu yang mati karna tak bisa melepaskan diri dari kepompong.
Maka dari itu tak salah bukan bila saya katakan ulat juga binatang pasrah dan penyabar.
Kupu - kupu
Tahap kesempurnaan seekor ulat menuai hasil dari semua kesabaran dan kepasrahannya.
Sempurna indah menjadi kupu - kupu.
Hasil dari kepasrahan dan kesabaran seekor ulat.
Ini sebuah contoh yang sangat ringan dari Tuhan.
Sebuah kesabaran ketekunan dan kepasrahan pasti akan menuai hasil yang indah.
Memulai hidup dengan menjadi seekor ulat lalu bermetamorfosa seindah kupu - kupu.
Semoga
Pieris Rapae yang selalu ku cinta.
@elmira
Kupu - kupu dan ulat adalah mahluk yang sama, mereka memulai semua dari telur, ulat, kepompong, lalu bermetamorfosa menjadi kupu - kupu.
- Ulat
Mengapa manusia harus membenci ulat.. ?
Tanpa ulat maka tak akan pernah ada kupu - kupu.
Ulat adalah binatang paling penyabar ciptaan Tuhan, mengapa saya katakan demikian..?
Patut kita mencotoh cara hidup dari seekor ulat.
Lihat ulat yang dalam hidupnya mendapat cercaan, penindasan ( contoh penyemprotan partisida ), dan keadaan hidupnya yang rentan dekat dengan kematian.
Ulat tetap berjalan menulusuri hidupnya dengan sabar dan perlahan, sedikit demi sedikit tapi penuh keyakinan dan kepastian.
Maka saya beri kesimpulan Ulat itu binatang yang penyabar.
- Kepompong
Kepompong adalah tahapan Ulat bermetamorfosa menjadi kupu - kupu.
Lihat betapa pasrahnya seekor ulat saat berdiam didalam kepompong selama 21 hari. Dua puluh satu hari itu bukan waktu yang sebentar.
Kesabaran kepasrahan terhadap Tuhannya ia berikan disini.
Apa bisa manusia sedemikian pasrah terhadap Tuhannya..?
Sungguh manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna dan paling banyak berkeluh kesah.
Maka saya katakan Ulat adalah bintang penyabar, pasrah ikhlas.
Taukah kalian..?
Saat ulat berdiam diri didalam kepompong, nyawanya terancam banyak binatang yang mengincarnya, untuk santapannya.
Dan keluar dari kepompong bukan hal yang mudah. Ia harus berusaha keras.
Tak banyak kupu - kupu yang mati karna tak bisa melepaskan diri dari kepompong.
Maka dari itu tak salah bukan bila saya katakan ulat juga binatang pasrah dan penyabar.
Kupu - kupu
Tahap kesempurnaan seekor ulat menuai hasil dari semua kesabaran dan kepasrahannya.
Sempurna indah menjadi kupu - kupu.
Hasil dari kepasrahan dan kesabaran seekor ulat.
Ini sebuah contoh yang sangat ringan dari Tuhan.
Sebuah kesabaran ketekunan dan kepasrahan pasti akan menuai hasil yang indah.
Memulai hidup dengan menjadi seekor ulat lalu bermetamorfosa seindah kupu - kupu.
Semoga
Pieris Rapae yang selalu ku cinta.
Langganan:
Postingan (Atom)