Sajak Bunga Karat

1.
Rinduku murni
Dikunyah waruna
 

Walang hati
Lipur lara

2.
Maheswara lenyap hati
Tangisi itu sepi

Sabit missa
Lenyap sudah nestapa

3.
Merpati tak bersayap
Merangkak di wajah bumi

Menunggu siraut menancap
Agar ajal dini

4.
Purnama risak mentari
Rincih di kening malam

Air mata berwirama
Saksikan ripuk - ripuk menghujam

5.
Itu mawar indah magenta
Menarik hati harum raga

Tapi apalah arti semua
Berduri santau nyeri jiwa

6.
Kidung rembi batari
Dalam sunyi
 

Di bawah pelangi
Pada ruh - ruh sepi

7.
Laut teduh menyapa
Mahia tujuh samudra

Ibarat karang bertalun
sapa sarapah laun - laun



@elmira

Tuhan untuk Kakak

Ini kakak ku bawakan Tuhan Untukmu 

Genggam itu Tuhan kakak
 
Rabah kembali wajahNya

Telusuri jejak milikNya kakak
Ini bukan akhir segala

Ini kakak Tuhan sudah
 
Di hadapanmu
 

Cepat rangkul Ia kakak
 
Agar mati jiwamu berpijar lagi

Pawana menari untukmu
Dan langitpun tersenyum
 
Saksikan dirimu dan diriNya
 

Itu kakak
 
Tuhan menulis lagi

Kembalikan
 
Muasal takdirmu





@elmira

Lamunku

Ini aku masih duduk tertegun 
Pada wajah senja

Saksikan mentari di timur Berpulang
Dan rembulan yang malu - malu Menunggu malam

Teja senja yang menawan
Dan kenangan pada lalu melipat

Langit mulai kelabu
Para awan timang gemintang

Ranting meminang ras sunyi
Kuncup - kuncup mulai terlelap Lagi

Rintik - rintik itu menggerimis
Sambutan malam pada bumi

Pawana tersenyum semu
Penghuni alam senandung buluh Perindu

Aku tertegun kembali
Mencari lagi
 
Di mana letak wajah Pada malam




@elmira

Dan Langitpun Menangis

Lihat itu langit henti perlip
Patah pintal
Menebang harap

Lihat itu langit berkabung
Mengikis sayat
Ranyau kidung

Lalu matahari bergegas pergi
Tinggalkan dahina di titik semu
Ibarat pemenggalan saat pasat Sunyi

Merampun impian
Palingkan wajah pada malam

Dan langitpun menangis



@elmira

Kenangan Di Ujung Pedapa

Di penghujung tahun tinggalkan Kenang

Pada salah satu tubuh dewadaru
 
Di ujung ranting
 

Tuhan menyaksi
Ras - ras menemani
Pawana menangis

Ini buluh perinduh milik
 
Rembi batari
 

Yang tertulis di ranting kering

Aku bukan Maria yang di puja
 
Atau Athena yang mulia
 

Adanya diriku jauh dari sempurna
 

Yang ripuk hati rangup jiwa
 
Bila saatnya nanti
 
Rantus nyawa...,
 

Biarkan batari melukis sejenak
 
Di kanvas hati

Sebelum benar - benar Pergi
 

Hati ini telah
 
Terlukis bayangmu

Berwarna,
Seperti Tuhan saat memberi
 
Warna pada langit

ah..
Ujung ranting
 
Simpan ini sampai saatnya nanti Kehidupan ke dua





@elmira

Angan Ngarai

Ini sehelai inai kecupan rindu
Dan seserpih pasir Alexandria
 
Ku titipkan pada pawana

Oh.. inai tatap mayapada
Jangan rimpuh akan Langkias
 

Sampaikan ini rindu
 
Padanya
Di negeri barata siwa
Perlahan
Dalam rapal sau - sau
@elmira


Kairo - Jogja
 
09 : 15 am

Tangkai Hati (2)

Tangkai hati...

Sajak ini ku tulis dengan pena jiwa Safa
Dan tinta air mata

Diriku bukan karang di tengah Lautan tak bertepi
Ataupun teja di bukit senja Tempat buluh perindu para Bidadari

Rembuni diriku tersadar semua

Adanya diri ini pemilik separuh jiwa
Yang kelak sejatinya kan pergi

Tangkai hati
Ini aku mengunyah Semu

Tangkai hati
 
Ini aku tangisi rindu

Di sini diriku menunggu...

Tempat ini
 
Saat aku sudah bersandar pada Pundak Tuhan
 
Lalu ulurkan jemari padamu
 
Agar gapaiku

Tangkai hati
 
Aku milikmu
Sampai saatnya nanti
Di penghujung sepi





@elmira

Puisi Mimpi


Mimpi merajut semu
Di alam puan tidur 
Bukan meranyau


Mimpi hadir 
Hiasi ratapan 
Adanya ini taklah mungkin


Di sana bukan dusta
Ruang harap, dan hunian


Tak ada Rembi
Di penghujung pipi


Ini mimpi safir tertanam
Ibarat siddi pelita malam
Bagai mimpi semalam


Tak ada kerapuhan
seumpama buluh perindu
di selatan kidung surga


Lingkar semua harapan semu
Di itu mimpi


Ini mimpi di letak
Kaki senja barat
Tempat itu mentari terbenam


Tempat senandung bidadri 
Pemilik teja tiga warna


Mimpi dengarlah
Milik senandung tangis
Yang melebur menghujam jantung


Ahh.. mimpi
Tempat rampungnya 
semua harapan dan cita cinta.


@elmira





















Jilbab untuk Farhana

Telusuri hari disetiap detiknya. Ini bau pagi masih dapat ku rasa. Hari pertamaku mengajar menjadi dosen di sebuah universitas terkemuka di Ibu kota.
Ku tengadahkan wajahku pada langit Lazwardi, awan putih...


"Udah ibu tenang aja, Hana bisa kok kuliah sambil kerja" kataku lembut pada ibu.

"Bukan begitu sayang, ibu takut nanti kamu kurang konsentrasi belajarnya" jawabnya sambil merapikan kue pesanan bu Ratna.

Ibuku sosok wanita yang sangat ku kagumi. Semenjak ayah meninggal lima belas tahun yang lalu. Ibu sendirian membesarkanku. Banting tulang tak kenal lelah.
Bahkan sewaktu aku kecil ibu pernah menjadi pembantu rumah tangga. Tapi sekarang alhamdulilah semenjak aku kuliah sambil bekerja mengajar les privat untuk anak - anak beban ibu berkurang. Ibu sekarang hanya berjualan kue pesanan tetangga.

"Mendingan uang hasil jualan ibu, buat beli jilbab yang lagi tren sekarang aja bu, pasti cocok buat ibu" jilbab yang ibuku gunakan modelnya sudah kuno. Tanpa corak, tanpa bordir. Hanya jilbab polos berwarna hitam.

"Sayang Tuhan tidak pernah melihat penampilan hambanya, tapi hatinya niat yang ibu punya untuk memenuhi perintahnya" jawaban sendu milik ibu. Tapi aku yakin dihati kecil ibu ingin memakai jilbab yang indah dan baju muslim yang bagus.

"Nah Hana, mulai kapan kamu mau berjilbab..?" tanya ibuku.

"Eh..." ini pertanyaan yang paling sulit ku jawab, karna aku belum siap untuk berjilbab. Kegiatanku banyak dan pasti akan merepotkan bila harus kemana - mana mengenakan jilbab.

"Tuhankan gak pernah melihat penampilan hambanya bu, tapi hatinya hehehe" jawabku sedikit bercanda.

Ibuku hanya tersenyum menatapku sambil menggelengkan kepalanya. Dan merapikan kue pesanan bu Ratna yang hampir rampung.

"Hana..." panggil ibu.

"Ada apa bu...?" tanyaku sambil membereskan perlengkapan. Karna sebentar lagi aku akan pergi mengajar les privat untuk anak - anak.

"Jangan pernah bersedih dalam hidup, karna kita ini tidak pernah sendiri" jawab ibuku.

"Ya.. ibu masa kalau nanti ada orang yang kecelakaan atau meninggal gak boleh sedih"

"Jangan pernah bersedih, karna kesedihan itu tak ada guna, jangan pernah bersedih karna kesedihan itu hanya memburamkan dunia, jangan pula pernah bersedih karna kita masih memiliki agama yang kita yakini, rumah yang kita diami, makanan yang dapat kita makan, air jernih yang kita minum, dan sesama yang dapat berbagi rasa" lalu ibu tersenyum padaku.

"Ibu kaya yang mau pergi haji aja nih.." kataku sambil candai ibu.

"Hana ingatlah syair ini selalu, Hukum kematian manusia masih terus berlaku,
karena dunia juga bukan tempat yang kekal abadi.
Adakalanya seorang manusia menjadi penyampai berita,
dan esok hari tiba - tiba menjadi bagian dari suatu berita,
ia diciptakan sebagai makhluk yang senantiasa galau nan gelisah,
sedang engkau mengharap selalu damai nan tentram.
Wahai orang yang ingin selalu melawan tabiat,
engkau mengharap percikan api dari genangan air.
Kala engkau berharap yang mustahil terwujud,
engkau telah membangun harapan di bibir jurang yang curam.
Kehidupan adalah tidur panjang, dan kematian adalah kehidupan,
maka manusia di antara keduanya; dalam alam impian dan khayalan.
Maka, selesaikan segala tugas dengan segera, niscaya umur - umurmu, akan terlipat menjadi lembaran - lembaran sejarah yang akan ditanyakan.
Sigaplah dalam berbuat baik laksana kuda yang masih muda,
kuasailah waktu, karena ia dapat menjadi sumber petaka.
Dan zaman tak akan pernah betah menemani anda, karena ia akan selalu lari meninggalkan anda sebagai musuh yang menakutkan dan karena zaman memang dicipta sebagai musuh orang - orang bertakwa."

"Ibu ternyata puitis banget ya" kataku dengan kagum.

Ibu hanya tersenyum. Lalu beranjak untuk pergi, kerumah bu Ratna mengantarkan kue pesanan.

"Hana ibu mau keluar dulu, kamu jangan lupa sholat ama makan ya" kata ibu sambil mengenakan jilbab kunonya. Yang hitam panjang, tanpa sulaman indah ataupun bordiran.

"Iya bu, Hana juga mau keluar sekalian, ibu Sarah minta pelajaran buat anaknya ditambah, kunci ibu yang bawa aja ya..."

"Iya nak hati - hati" kata ibu sambil memunggungiku. Dapat ku lihat punggung ibu, punggung penuh lelah. Ahh.. ibu andai anakmu ini mampu menggenggam lelahmu.

***********

Hari sudah sore, mengajar les privat sungguh melelahkan.
 

"HANA...!!" suara lantang dari seberang jalan memanggilku. Ternyata Erna teman sekampusku.

"Wah.. Hana selamat ya" katanya sambil mendekat kearahku.

"Selamat kenapa..?" tanyaku heran.

"Ah, kamu ini merendah semua anak - anak dikampus juga udah tau kalo kamu dapat bea siswa"

"Hah..! bea siswa..?" tanyaku lagi masih dengan heran.

"Iya, lho emang surat pemberitahuannya belum sampai..?" tanya Erna.

"Gak ada, atau jangan - jangan ama ibu, tapi ibu lupa" tiga hari memang aku gak kekampus. Bantu ibu dirumah, Menyelesaikan kue pesanan untuk pernikahan teman ibu.

"Iya kali Han, aduh sekali lagi selamat ya" kata Erna, sambil mencium pipiku kanan dan kiri.

"Iya Er, thanks ya"


Aku ingin menangis. Inikah rasanya bahagia itu. Ibu pasti bangga denganku.
 
Ibu pasti akan memujiku. Aku ingin melihat rekah di bibir ibu saat menyampaikan kabar bahagia ini. Aku ingin di peluk ibu.

Kupercepat langkah kaki saat memasuki gang sempit arah rumahku. Tapi aneh kenapa rumahku ramai, banyak sekali tetangga di halama tak seperti biasanya yang sunyi dan sepi.
Entah mengapa tiba - tiba ada perasaan getir pada hati, jantungku berdetak kencang.
 
Tanganku dingin, aku takut, mulai muncul pikiran yang tidak - tidak pada benakku.
Seketika ku lihat bu Erna berlari keluar dari dalam rumahku, menghampiriku, memelukku sambil menangis terisak.

"Ibu Erna kenapa..?" tanyaku, berharap semua keadaan baik - baik saja.

"Ibumu Han.. ibu mu..." jawab bu Erna sambil terisak, tanpa bisa melanjutkan pertanyaanku.

"IBU KENAPA..?!" tanyaku lantang.

"Ibumu.. tadi tertabrak, saat pulang dari pertokoan. Orang - orang di sekitar berusaha membawa ibumu ke rumah sakit. Tapi di tengah perjalanan Tuhan berkata lain" sahut pak rt yang sudah berdiri disampingku.

Bagai petir yang menyambar. Masih antara percaya dan tak percaya. Masih teringat percakapan ibu dan aku tadi pagi.

Aku hanya diam mematung, entah harus berkata apa.
 
Tuhan mengapa Kau ambil ibuku. Ibuku belum bahagia, akupun belum sempat menggenggam lelahnya. Air mataku jatuh membasahi pipih. Menghujam batinku.

"Ini Han" Kata pak rt, sambil menyodorkan bingkisan merah jambu.

"Ini milik ibumu."

Tanpa pikir panjang ku ambil bingkisan itu, langsung ku buka.
 
Terperangah aku, sedih, haru.

Jilbab.. ya sebuah jilbab dan sepucuk surat.


Teruntuk anakku Farhana,

Ibu senang sekali, saat mendapat surat pemberitahuan bea siswa milikmu nak.
Bangga hati ibu, mempunyai anak secerdasmu.

Jilbab putih ini sengaja ibu hadiakan untukmu.
 

Mengapa putih...?
 

karna ini mewakili hatimu yang tulus nak, mencintai ibu.

sengaja ibu pilihkan jilbab yang polos tanpa corak, karna ini mewaki akhlakmu yang indah tanpa celah.

Farhana anakku sayang,
 
jadilah engkau seperti namamu yang artinya bahagia.

Dari seorang ibu yang sangat menyayangi putrinya.


**********


"Hana.." panggilan ibu Nuri seorang dosen senior di universitas ini, membuyarkan seluruh lamunan masa laluku.

"Sebentar lagi kelas masuk, inikan hari pertamamu mengajar sebagai dosen" kata bu Nuri mengingatkan.

"Ia bu, terimakasih sudah mengingatkan" jawabku sambil tersenyum.

"Hana kalau ibu lihat sepertinya kamu ini wanita yang murah senyum ya.." tanya ibu Nuri.

"Aku akan terus tersenyum bu, meski apapun yang terjadi. Dengan tersenyum sosok wanita yang paling ku cintai hidup dalam bingkai hati, akupun akan terus tersenyum selama kematian dan diriku masih ada jarak sejengkal" jawabku, seraya tersenyum menatap ibu Nuri.

Ibu Nuri hanya mengkerutkan kening, dan menatap haran padaku. Mungkin dia tidak mengerti makna kata - kataku, dan takkan pernah mengerti.

Bukan begitu ibu yang dirimu katakan saat itu, gumamku dalam hati seraya menengadahkan wajah kelangit. Langit lazwardi.. awan putih,
 
seputih jilbab milikku.





@elmira

Balalaika Berdawai (2)


Ini ronta hati bersenandung


Milik puan air mata
Nada pada tiap butir - butir rembi
Irama di tiap keluh


Biarlah semua tergenggam
Meski menggetih sekalipun


Biar semua limpung 
Hujami jantung


Ah.. tak peduli
Diriku sarsar adanya


Petik lembut balalaika
Curah hujan jadi penghias
Dewadaru menaungi
Dawai - dawai menemani


Tapi...,


Bagaimana mungkin
Irama ini melaun sempurna
Bila senarnya rantus satu


Ah.. sarau..


Apa ku gigit saja nadi ini
Jadikan pengganti
Agar balalaika 
Berdawai lagi


Biarkan aku tetap bersenandung
Bersama tarian signorina
Ruh - ruh pemilik kesunyian

















@elmira

Cermin Hati Si Buta


Mata itu ungkap rasa
Yang berpijar saratkan makna


Tatapan liputi sukma
Sendu 
Ahh.. luluhkan ini jiwa


Mata itu cermin hati


Oh.. si buta
Dimana jumpa itu 
Cermin hati


Apa dalam saruloka
Selatan kalbu


Atau lisan tanpa
Penglihatan


Engkau si buta
Jangan rantus asa
Rapalmu adalah jujur


Biar lil - lil jadi saksi
Hatimu adalah tamam


Itu tertanam pasti
Di belahan tanpa rarai


Dalam hati
Cermin hati

@elmira




Kecupan di Sayap Rapae


Pada pieris rapae
Diriku kecup sayapnya
Agar dirimu dapat rasakan
Betapa ranumnya bibirku


Sabit ini janji padanya


Terbanglah mengawan
Wahai rapae...


Dekap itu bunga kapas


Sampaikan kecup
Dan bisikanku padanya


Genggam ini janji rapae
Hingga dirimu hinggap
Di telapak tangannya


Telapak Miliknya 
Tangkai hati

@elmira


















Bisikku pada Bunga kapas


Ini rindu lindap di hati biru
Berpijar sumu dalam batin


Menunggu hampiri safa
Jamahmu ini diri


Pada bunga - bunga kapas 
Diriku bisikan bahasa cinta
Milikku milikmu
Nuai senandung


Terbanglah melayang...


Hampiri pucuk - pucuk awan
Sapalah karubin
Ceritakan tentang cinta 
Dua insan


Lalu hinggaplah pada kupu - kupu
Menutur dirimu
Pada dirinya
Tangkai hati


@elmira
















Putri dalam Cermin

Menimang angan meratap khayal
Menutur rembi, si lukis raga

Sadu perangai dalam cermin
 
Sabit takdir pada hati bagai Sabitah

Tatap itu tegak tegar pasti
Semu tak menggapai

Putri dalam cermin

Rancak paras
Lembut sua
Melati sukma
Binar itu hijau mata
Ibarat milik Tuhan lima helai Mahkota tapak dara

Gaunmu tegarun
Laal jua mutiara langit menjadi Penghias
 
seumpama pasir putih di ujung lautan teduh tak bertepi

Ah.. seindah - indah dirimu Hanyalah putri dalam cermin

Tak terjamah
 
Pun menjamah

Hitung ini angan - angan lalu Simpan dalam pasara
 
Saat nanti rantus nyawa.





@elmira

Rembi Batari

Meripuk hatiku
Mengawan tinggi

Takkan lelah aku menangis
Nikmati hening saruloka

Ahh.. malimat lipit
Suara sunyi
Pada angan sepi

Inakah tamam
Pemilik sempurna

Pinang gundah
 
Nikmati kelabu malam

Biarkan rusuk menghimpun

Menjamah rindu
Tindas lara meradu
 
Batari tangis batu
Lempar harap semu

Menjamah rindu
Jauh tak beradu

Pada sau rimpuh





@elmira

Ulat, Kepompong, dan Kupu - Kupu

Sadarkah kita siapa kupu - kupu itu.. ?

Kupu - kupu dan ulat adalah mahluk yang sama, mereka memulai semua dari telur, ulat, kepompong, lalu bermetamorfosa menjadi kupu - kupu.

- Ulat
 

Mengapa manusia harus membenci ulat.. ?
Tanpa ulat maka tak akan pernah ada kupu - kupu.

Ulat adalah binatang paling penyabar ciptaan Tuhan, mengapa saya katakan demikian..?

Patut kita mencotoh cara hidup dari seekor ulat.
Lihat ulat yang dalam hidupnya mendapat cercaan, penindasan ( contoh penyemprotan partisida ), dan keadaan hidupnya yang rentan dekat dengan kematian.

Ulat tetap berjalan menulusuri hidupnya dengan sabar dan perlahan, sedikit demi sedikit tapi penuh keyakinan dan kepastian.

Maka saya beri kesimpulan Ulat itu binatang yang penyabar.

- Kepompong

Kepompong adalah tahapan Ulat bermetamorfosa menjadi kupu - kupu.
Lihat betapa pasrahnya seekor ulat saat berdiam didalam kepompong selama 21 hari. Dua puluh satu hari itu bukan waktu yang sebentar.

Kesabaran kepasrahan terhadap Tuhannya ia berikan disini.

Apa bisa manusia sedemikian pasrah terhadap Tuhannya..?

Sungguh manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna dan paling banyak berkeluh kesah.

Maka saya katakan Ulat adalah bintang penyabar, pasrah ikhlas.

Taukah kalian..?
Saat ulat berdiam diri didalam kepompong, nyawanya terancam banyak binatang yang mengincarnya, untuk santapannya.

Dan keluar dari kepompong bukan hal yang mudah. Ia harus berusaha keras.
 
Tak banyak kupu - kupu yang mati karna tak bisa melepaskan diri dari kepompong.

Maka dari itu tak salah bukan bila saya katakan ulat juga binatang pasrah dan penyabar.

Kupu - kupu

Tahap kesempurnaan seekor ulat menuai hasil dari semua kesabaran dan kepasrahannya.
Sempurna indah menjadi kupu - kupu.
 
Hasil dari kepasrahan dan kesabaran seekor ulat.

Ini sebuah contoh yang sangat ringan dari Tuhan.
 

Sebuah kesabaran ketekunan dan kepasrahan pasti akan menuai hasil yang indah.

Memulai hidup dengan menjadi seekor ulat lalu bermetamorfosa seindah kupu - kupu.

Semoga

Pieris Rapae yang selalu ku cinta.




@elmira

Bayang Milikmu


Bila ancala semburatkan lara
Dan limbubu tutur merisak
Aku masih dapat lari menghindar


Tapi ini...
Bayangmu kasih


Telah meyatu dalam nadi
Terpatri menjadi sabitah 
Di bingkai hati


Mana dapat diriku 
Mengelak rarai diri


12 Desember 2009
@ elmira
 
 
 

gadis kupu-kupu

gadis kupu-kupu
Hei, kau gadis kupu-kupu.. pa bila ku buka sangkarmu, adakah dirimu akan menjadi binal?, JAWAB..!!, takkah dirimu lihat air mataku menghujam pedih menunggu!. Tetaplah dirimu disana jangan engkau melangkah sejengkalpun melihat dunia luar, tetaplah dalam sangkar, rajut senyummu hingga sempurna, tetaplah. Hingga sampai saatnya nanti matahari lelah pijar.

Bunga Kapas

Bunga Kapas
ah, bunga kapas.. pergilah terbang melayang mengawan yang menawan, lalu pulanglah kembali ceritakan padaku tentang lima warna musim.

pudar Harapan lamun

pudar Harapan lamun
Biarkan aku terjatuh, jangan takut! jangan pernah takut. Biar mereka yang di bawah sana tau!, bahwa aku memiliki apa yang mereka tak miliki. Biarkan mereka semua tau!, yang diatas maupun yang di bawah, bahwa aku masih memiliki Bentang, untuk nikmati hariku di letak tertinggi.
 
Copyright © Ranting Sepi
Using Protonema Theme | Bloggerized by AVR