sayap yang patah

disaat malam melekat pekat
tanpa sekat
manik najam kilau memudar

mengapa hujan harus merinai?
aku masih terdiam disini tanpa
tilas, menanam bayang pada
langit

saat jemari Tuhan dan diriku
bersatu, Ia katakan henti
namun dalam peluh menggigil
aku tetap melukis bayang di
wajah awan

selaksa mawar biru
kelopaknya terkikis semu
sungguh haru membiru
berkembang pilu nan meramu

ini harapan lumpuh
yang sungguh semakin rapuh

ditengah air mata yang merisau
hati yang resah memisau
sepi pada tepian sendesau
aku berharap maut bertamu di
ujung pisau

kerati nadi yang membisu
diatas takdir yang semakin gagu
ambigu

@elmira
07 Juli 2010 [17:21]

menanya altar yang terabai

o, peluh dirimu gadis melambai
menanam kasturi dalam hati
berteman embun pada ujung
dagu
memeluk impi
menghitung curah hujan tarian
mutiara langit

lagi-lagi engkau mendekam
terhimpit tanya
nan mampu ditawar
pada siapa gadis?
engkau menaruh harap

sedang adanya mereka
telah melipit hati
gakari yang terabai

sampai akhir tertutup lembaran
takdir

sudah ku belai kabut putih, hingga
gigil peluhmu gemertak henti
tatapan sayu menikam ruang
diantara petak menyambung
pijak tak tak para ubin menyiksa
lalu, hanya tersisa bibir mungil
terbata kata

dan anginpun menangis, langit
gerimis rintik merimis

selayang dalam pandang mulai
meredup, namun dalam laun
tetap merapal harap,

"bukankah hidup kita harus
bahagia?"

menyata jawab hanyalah entah,
bahkan Tuhanpun hanya mampu
diam

hingga terpejam dua retina
dalam pekat abadi, pada
heningnya altar yang terabai

@elmira
06 Juli 2010 [07:10]

seikat akhir bayang

menapak labirin altar putih pada
tepian pelangi
diantara batari yang mewangi
tapak jemari membayang
dalam pandang sepintas sayang
yang meruas hunian singgah
manusia
sedikit tersisa jeratan sukma nan
sia-sia

selaksa sayap putih tak bernilai
melepas pada permukaan wajah
purnama lalu lunglai
penuh sayat genang getih terkulai

ini tentang naluri yang hilang
tempat air mata berpulang
mengikuti jejak rarai yang tak
bersilang

ini juga tentang rasa
kematian asa
yang mereka anggap biasa
sesungguhnya tempat pilu
semayam kuasa

peluh kasuma yang ditinggalkan
meninggalkan petak retakan

diakhir cerita
dalam seikat kata

@elmira
05 Juli 2010 [05:06]

kisah tak bernyawa

meliuk lekukan pandang pada
lingarnya tawang, retina sayu
membulir terista
agaknya mata langit mulai
terpejam segera

ini pertama menatap jingga yang
katanya petuah surya adalah
senja diakhir cerita
meluluh kenangan dilumat tanpa
arah

ini memang pertama patung
memaku dihadapan kerai biru
mengumpulkan remah-remah
yang merarai silu

: kenangan mati
yang tak mampu ditawar
hingga angin menggugat rupa
tura

ah, dawana jumantara
kemana diri mampu berpaling
pun air mata berhenti melipit
gakari

sampai saatnya nanti tak ada lagi
yang merangum senyum
semua kembali pada awal cerita
: bahagia

@elmira
04 Juli 2010 [14:37]

ranyau ranting sepi

ini sekata ranting yang berharap
menjadi gemintang berpijar luas
di langit malam
bukan lilin yang hanya berpijar
sejengkal dalam kelabu kelam

seperti bayang dedaun
nan mulai menguning
itulah ranting
yang mendekam beringin
ibaratkan langkias yang
aku ingin

selaksa manusia yang hanya
memiliki satu sayap
tak menawan
namun butuh genggam
agar mengawan
menari bersama pawana meliuk
liar gemulai

terkadang ingini menutur angin
melacur melanglang berlentesasi
sampai rantus nyawa
menghias samudra atau mungkin
cakrawala sebebasnya merekah
senyum melagu buluh perindu
tanpa ada entah
bahkan dalam pasara

: ini sekata ranting
menyerupa terista diantara tarian
kasuma bukan debar pada rahim
jumantara bukan juga
penghabisan garis bayang



Sajak Dua Hati (kolaborasi Ron Hustleman dan Ranting Sepi)

Ron:

aku tlah tiba di separuh
perjalananku menujumu
membelah sunyi, menetak
dingin malam, gegas beranjak
melabuhkan biduk asmara

Ranting:

cepatlah menapak
aku lelah meminang harap
menggerus pijar purnama dalam
doa
cepatlah menepi
sebelum buku takdirku
ditutup Tuhan
hingga saat engkau datang
hanya berteman air mata

Ron:

akal pikiranpun tak lagi mampu
menalar
pesonamu tak henti menderaku
menjelma dalam angan dan
mimpiku
tak mampu ku bawa surut

bila ku sua dirimu nanti jiwaku
separuh utuh
buka aku, isi dan penuhi aku

Ranting:

pesona itu adakah sebuah
kesalahan?
lahirnya aku hanyalah sebagai
kerikil diantara batubatu yang
besar dan berpijar

entah diriku mampu

aku meragu
pun hatiku gaduh
bila adanya nanti
anganmu hanya kelabu

Ron:

aku terhuyung, ayang kepayang
terhempas gelora membulat
rembulan suara hati,
tiada raguku
kepada puan nafasku
menghembus
bila nanti tak jua penuh
aku tertelan gurun sunyi, nanti
sudikah puan membuka diri?
mengisi separuh jiwaku

Ranting:

selaksa mata embun yang
menangis setiap fajar memulai
hari
disetiap kata yang engkau tulis
begitu saja
bagiku adalah mutiara yang
sangat berharga

namun sukmaku
: terista yang tak mungkin
terbuka

Ron:

jika katakata terucap maka tlah
kupahatkan cinta di setiap
abjadnya
mereka hidup dan bersemi di
udara yang ku hirup
lalu menghambur keluar tanpa
kupinta
menghabelur makna seraya
menjura untukmu

karena sukmaku
: menetaskan hasrat mencarimu
yang tak kuasa henti


@
Elmira
19 Juni 2010 [18:30]

Sajak untuk Zaky Karsten

sekata rasaku membayang
bahwa lahirnya diriku untukmu
bahkan dalam bayang diriku
terbayang engkau dan diriku
sudah bertemu semenjak masih
suci semayam rahim

dirimu seindah langit yang
merona lazuardi pada kedamaian
hening di gegap gempitanya
lonceng berkidung

menuturmu selaksa habelur yang
murni jernih layaknya embun
membulir menginggung para
kasuma
pun indahmu selaksa angin yang
menari anggun penuh senandung

sungguh ini rindu yang sempurna
hingga air matapun menangis,
dan hati meringis, rindu yang
hanya mampu di tatap melalui
lukisan wajah dalam altar putih

bila ada saatnya memanggil,
dimana genggammu menarik
jemariku. disanalah kita akan
bertemu Tuhan, merampungkan
kenangan masa kecil, bermain,
dan tersenyum kembali, seperti
yang engkau tuturkan dalam
mimpi

"aku menunggumu di depan
pintu langit teduh"

hingga letih sudah memandang
wajah hari yang selalu ku nanti.

@
Elmira
14 Juni 2o10 [17:35]

mandala galau simpai sempurna


seperti aku yang berdiri pada
hamparan nan meluas diantara
pasir menyaksi angin menari.
gemulainya menampar pipi,
mencubu jiwa yang tercabik dari
kenangan masa lalu, hingga air
mata merinai bersenandung
lembut memulai.


lantunan murai menghias fajar
lahirkan hari baru yang sejatinya
merupa. menyempurnakan takdir
yang masih tersimpan rapi dalam
rahim, menutup peluh guratan
perih dalam hati


pun lika tabik sayarah yang
padanya bulan titipkan malam
melepas dengan rindu antara
bayang menggenggam, tabik
sayarah yang mengecup mentari
dalam tidur nyenyaknya agar
terbangun tak terlelap, pulangkan
gemintang pada ibunda hingga
tak ada yang merarai nyilu diri
semburatkan langit membias
rangkul asa


namun ini aku yang pada diriku
membayang mengadu dalam
gaduh pilu semesta menghujam,
acuh tak mampu.
terjatuh
: yang kesekian kali dalam
mandala galau.


ini mengata reranting bukan titik
yang diangan-angan bukan juga
penghabisan bayang
: terista bertalun

@ Elmira
14 Juni 2o10 [05:10]

di malam ini. rembulan, gemintang, maupun langit berpijar selaksa mentari pada harinya

kerena mereka
tersenyum
: diriku


13 Juni 2o10 [21:15]
 
 
 

gadis kupu-kupu

gadis kupu-kupu
Hei, kau gadis kupu-kupu.. pa bila ku buka sangkarmu, adakah dirimu akan menjadi binal?, JAWAB..!!, takkah dirimu lihat air mataku menghujam pedih menunggu!. Tetaplah dirimu disana jangan engkau melangkah sejengkalpun melihat dunia luar, tetaplah dalam sangkar, rajut senyummu hingga sempurna, tetaplah. Hingga sampai saatnya nanti matahari lelah pijar.

Bunga Kapas

Bunga Kapas
ah, bunga kapas.. pergilah terbang melayang mengawan yang menawan, lalu pulanglah kembali ceritakan padaku tentang lima warna musim.

pudar Harapan lamun

pudar Harapan lamun
Biarkan aku terjatuh, jangan takut! jangan pernah takut. Biar mereka yang di bawah sana tau!, bahwa aku memiliki apa yang mereka tak miliki. Biarkan mereka semua tau!, yang diatas maupun yang di bawah, bahwa aku masih memiliki Bentang, untuk nikmati hariku di letak tertinggi.
 
Copyright © Ranting Sepi
Using Protonema Theme | Bloggerized by AVR