Tangkai Hati

tangkai hati mendayung semu

tersepuk jiwa diujung sepukal safa
 
hampir terputus nyawa
 

liat lindap seumpama unjun pada intan tak diarti

ini ungkau menyaksi..,

mudasir takdir
mandala purnama

tangkai hati
itu memilu lirih
sambada merasuk jiwa





@elmira

Salam Buat Sang Fajar ( Kalidasa penyair dari India )

Lihatlah hari ini.
Sebab ia adalah kehidupan, kehidupan dari kehidupan.
Dalam sekejap dia telah, melahirkan berbagai hakikat dari wujudmu.
Nikmati pertumbuhan.
Pekerjaan yang indah.
Indahnya kemenangan.
Karena hari kemarin tak lebih dari sebuah mimpi.
Dan esok hari adalah bayangan.
Namun hari ini ketika Anda hidup sempurna,
telah membuat hari kemarin sebagai impian yang indah.
Setiap hari esok adalah bayangan yang penuh harapan.
Maka lihatlah hari ini
Inilah salam untuk sang fajar.



@elmira

Lagzun Di Pintaku

pada bayangku yang hanya semu
dapati satu bingkai lazwardi

senandung ratapan tak terpungkiri saat
mengawan menuju padaNya...,

lalu tangan Tuhan dan diriku bersatu
 
saat jemariku menyentuh langit; dapat diriku rasa
agaknya dapat ku rasa
rasa hangat yang mengalir pada nadi
 
dan pijarMu Tuhan yang teduh menghias bimasakti

seketika itu diriMu memberi warna antara langit dan bumi
tiga warna maka jadilah pelangi.
 

Agar diriku melangkah pasti, lewati serpih serpihan la'la yang melampar

langkisan tertiup tenang
saksikan luas langit tanpa pilar
lihat ribuan cahaya karubin bersujud padaMu

lagzun ini milikMu

ini diriku Tuhan
yang melangkah ikuti tutur sabdaMu karna lahabi
 
mencapai nadhir tanpa kelesuh

penghabisan...,

Tuhan
 
jangan hanya menatapku
rangkul ini diriku
bukankah Engkau sang Maha cinta

diri ini tak inginkan kekal nikmat surgawi
apalagi hinanya neraka

hanya ingin dekapMu
 
sang pencipta
pemilik takdirku

setelah itu musnahkan diriku
hapus hidupku,

diriku tak pernah meminta ada
ini pintaku
saat lakyan denganMu.





@elmira

Si Peri Talisman Karat

"Pokoknya gak bisa" tegas kakakku sambil menenteng kopernya.
"Selama kakak keluar negri, semua tanggung jawab kakak serahin ke peri talisman karat" kata kakakku sambil membuka bagasi mobilnya. Dan meletakkan kopernya ke dalam bagasi mobil.

"Tapi kak..." kataku lambat.

"Gak ada tapi-tapian kalo kakak bilang gak, ya nggak" jawab kakak tegas menatap tajam diriku.

"Catet" tiba-tiba muncul suara yang tak asing lagi dibelakangku. Peri talisman karat. Dia sudah siap menjadi bodygardku selama satu minggu.

"Peri ingat ya, semua pesan dan catatan yang aku kasih ke kamu" kata kakakku menegaskan.

"Siiiiiip El, asal jangan lupa juga pesananku, minyak wangi Chanel and baju renang model paling baruuu, buat nanti liburan ke Hawai" jawab si peri dengan beribu gaya.

"Ok, nah Eka kakak pergi dulu ya, jaga diri baik-baik, jangan telat makan dan gak boleh keluar" ucap kakakku sambil mengecup keningku, seraya masuk ke dalam mobil.

"Iya kakak, hati-hati ya" kataku sambil menyimpul senyum, menatapnya sendu.

Mobil Honda jazz itupun keluar dari bagasi rumah kami, meninggalkan komplex perumahan kami. Dan mulai tak terlihat.

hufh.. gumamku. Namaku Eka lengkapnya Eka larasati, itu tadi kakakku Elmira. Semenjak orang tua kami tiada kakaklah yang membesarkanku. Dan dalam seminggu ini aku akan berada didalam pengawasan Perinya.

"WOI..!" teriakan keras tepat ditelinga kananku membuyarkan lamunanku sekaligus mengagetkanku.

"a..pa" dengan nada sedikit kaget aku menjawab.

"Jam 12:10 catatan nomer: 3 waktunya makan siang" peri menunjukan catatan sepanjang 2 meter ke arahku.

"Iya" jawabku lemas, sepanjang itukah pesan dan catatan kakakku. Ya Tuhan.

***************

Waktu menunjukan pukul 16:10 wib, btnya minta ampun.
"Nonton dvd ah.."
 
belum sempat kuarahkan kakiku ke ruang tv, dering telfon berbunyi, seketika aku berlari kecil kearah telfon yang sedang berdering. Bergema didalam rumahku.

"Hallo"
"Eka" suara diujung sana bertanya.
"Iya, Ibnu ada apa..?" suara yang sudah tak asing untukku.
"Gimana mau ikut gak..?" tanya Ibnu.
"Aduh, gak tau ya, kayaknya gak bisa" jawabku.
"Wah, kenapa" tanya Ibnu.
"Aku harus jaga rumah"
 
"Yah rumah ngapain dijagain gak bakal kabuuur..."
 

"Tuk..tuk..tuk.." tiba-tiba ku dengar suara ketukan jari di meja telpon. Ternyata si peri sudah berada tepat disampingku. Terlihat tinggi. Memang dia tinggi mungkin tingginya sekitar 175 cm.

"Catatan nomer: 55 gak boleh nerima telfon dari laki-laki lebih dari 10menit" kata si Peri sambil menunjukan catatan yang super panjang itu.

"Hallo Eka.. Eka kamu masih denger gak sih..!" tanya Ibnu yang sedikit gusar.
"Eh.. iya maaf, gak kayanya aku gak bisa nu, sorry udah dulu ya" seketika telfon ku tutup.

Langsung aku berlari pergi kekamar kakakku tanpa menoleh kepada si Peri. Muak aku dibuatnya.

"Menyebalkan..!" gerutuku sambil merebahkan diri ketempat tidur. Apa yang harus ku lakukan agar aku bisa menghadiri kupdar anak-anak poet at facebook. Aku ingin pergi kesana. Benar-benar gak ada ide supaya bisa keluar dari rumah.

Hufh.. kutarik laci tolet kakakku, dia biasa meletakan mp3 disini. Seketika..

"apa ini..?" botol putih bertuliskan GLUTETIMID tergeletak di dalam laci tolet kakakku. GLUTETIMID HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Lalu kulihat tulisan tangan kakakku, obat tidur penghilang rasa cemas.

"Oh.. mungkin ini punya pasiennya, kakakkukan dokter" gumamku dalam hati.

Entah mengapa tiba-tiba terbesit ide gila dalam otakku.


***************


Suara televisi terdengar nyaring.
Kabar seputar selebritis. Ternyata Peri talisman karat sedang menyaksikan gosip artis terkini.

"Wah..wah..wah dasar manusia kerjaannya nikah cerai terus" gumam si Peri dengan mimik wajah serius menyaksikan acara tersebut.

"Peri..." panggilku dengan lembut.

"WHAT" jawab si Peri sambil melirik kearahku.
 
"Kalo bilang mau keluar jawabanya gak boleh..! seperti yang tercantum pada catatan nomer: 46" katanya sambil menghakimi masih dengan lirikannya.

"bukan Peri ini Eka buatin teh buat Peri."
 

"teh..?" si Peri menaikan alis mata kanannya.

"iya" jawabku sambil tersenyum."

"I LIKE IT..!"

Dengan satu kali petikan jemari Peri merubah suasana diruang televisi menjadi seperti era Tokugawa. Aku hanya bisa tecengang dibuatnya.

"Ehm.."

Oh ternyata si Peri sudah duduk manis mengenakan kimono ala Geisha.

"Apakah aku terlihat cantik..?" tanya si Peri sambil mengedip-ngedipkan mata.

"iya cantik hehehe.." jawabku serba salah. Sebenernya sih aneh bedaknya terlalu menor.

"Langit dan bumipun tau kalo diriku ini Peri paling tercantik hahaha..."

Wekz narziznya ni peri gumamku.

"Kemarikan tehnya."

Kuberikan teh itu kepada si Peri dia meminumnya dengan perlahan. Sama seperti wanita-wanita jepang saat menikmati teh hijau dibawah pohon sakura.

"Hangat, enak, tapi kok pait ya..!" tanyanya padaku sambil menaikan alis mata kanannya.

"Pait gak mungkin ah" sergapku.

"Iya rasanya rada aneh"

Sebenarnya aku mulai takut ketahuan. Soalnya teh itu sudah ku campur dengan Glutetimid sebanyak 15 capsul.

"Aduh.. mataku kunang-kunang" kata si Peri.
Si Peri berdiri berjalan dengan sempoyongan.

"Wow kok pada miring semuanya ya..? Eka kepalamu ada tiga" katanya sambil berjalan sempoyongan.

"Am flying, am flying"

dengan seketika
 
"GUBRAK BRAK."

Si Peri terjatuh, agaknya tertidur, kudekati tubuhnya
"Peri bangun, bangun" kataku sambil menggoncangkan tubuhnya. Tapi yang ku dengar hanya suara dengkuran.
 

"Yes, yes, yes, berhasil" teriaku sambil loncat kegirangan.

Aku langsung menuju kamarku untuk bersiap-siap pergi.

***************

Waktu sudah menunjukan pukul 19:35. Aku sudah berada diluar komplex luar perumahan. Hampir sepuluh menit belum ada taxi yang melintas.
Akhirnya hampir sekitar dua puluh menit penantianku gak sia-sia ada juga taxi yang melintas didepan komplex rumahku.

"Pak ke jln. Kenari ya" kataku pada supir taxi yang baru saja ku berhentikan.

"Iya Neng" jawab supir tersebut.

Kunaiki taxi itu dikursi belakang. Dari rumahku ketempat Ibnu butuh waktu kira-kira dua puluh menitan.
 
Ini pengalaman pertamaku keluar malam sendiri, biasanya kakak selalu mengantarku.
Ada sih rasa takut sedikit, mendingan kuselingi dengan maen facebook pikirku.

"Neng kita potong jalan aja ya biar cepat" tiba-tiba pak supir bertanya padaku.

"Iya pak yang penting sampai dengan selamat"

Pak supir mulai melewati jalan yang arahnya tak ku kenal. Mungkin ini jalan pintas pikirku.
 

Entah mengapa tiba-tiba perasaanku gak enak, aku benar-benar tak mengenali jalan yang dilalui supir ini. Kok seperti perkampungan.

"Pak ini lewat mana ya..?"

"Tenang Neng bentar lagi juga sampai" jawab supir taxi itu enteng.

"Kok jalan pintas malah lama sih pak !."
 

Si supir diam saja. Perasaanku menjadi gak karuan, jantungku berdetak kencang, dan mulai berfikir yang tidak tidak-tidak.

"Udah pak saya berhenti di sini saja !" kataku dengan tegas.

Supir itu tidak menghiraukan perintahku. Malah melaju semakin kencang.

Aku benar-benar takut. Aku harus nekat pikirku. Kupukul kepalanya dengan handphone yang sedang ku genggam sekeras-kerasnya dan bertubi-tubi.
 
Mobil direm mendadak. Dengan cepat aku keluar dari taxi.

Tempat apa ini, terlihat seperti makam. Memang terlihat banyak kuburan disekitar.
 
Aku berlari dan terus berlari.
 
Tanpa menoleh kebelakang, nafasku mulai seduh sedan, lelah mulai ku rasa.
 
Aku sudah mulai tak kuat untuk berlari. Kuhentikan langkah kakiku, sepi sunyi. Aku sendiri disini bersama para makam. Betapa takutnya aku.

"Aku dimana..?" tanyaku pelan pada diriku sendiri. Ingin rasanya menangis sekeras-kerasnya.

"TOLOONG..." teriaku keras berharap ada yang mendengar.
 
Andai aku gak pernah keluar rumah.
 
Andai aku nurut ama kakak.
Andai aku gak pernah mencampur teh Peri dengan obat tidur. Sekarang aku hanya bisa menangis.

"DI SINI RUPANYA..!" suara parau itu membuyarkan lamunanku. Ternyata supir taxi itu mengikutiku. Ataukah dia datang karna teriakanku, ah bodohnya aku.

Supir taxi itu mendekat kearahku.
 
Aku mulai berlari lagi, tapi kakiku menyandung batu besar, dengan seketika aku jatuh tersungkur. Tumit tangan kananku menghantam batu cukup keras. Dan pergelangan kakiku terkilir. Sakit sekali. Sulit untuk digerakan.

"Udah Neng diem aja yang manis ya.." kata supir taxi itu sambil mendekat kearahku.

Aku hanya diam. Ingin teriakpun tenggorokanku seperti ditusuk duri. Aku takut, takut. Air mataku terus menetes aku menangis dengan keras.

Tiba-tiba dari arah belakang ada yang melempar batu krikil kekepalaku. Dengan cepat ku menoleh.

"Terlalu kau Eka" ternyata Peri talisman karat. Matanya terlihat masih mengantuk. Dia berjalan kearahku dengan sedikit sempoyongan.

"Peri.." kataku dengan isak tangis.

"Peri..? Peri siapa adik manis, disini cuma ada aku dan kamu" jawab supir taxi tersebut.
Selain aku dan kakakku gak ada yang bisa melihat wujud peri.

Peri menatap supir taxi itu dengan cukup tajam. Lalu ia
 
petikan jemarinya.
 
Dengan seketika supir taxi itu terperangah kaget.

"kok tiba-tiba muncul.. jangan jangan.. han.. han.. hantuuu" teriak supir taxi itu seraya berlari pergi.

"WAIT !" teriak si Peri.

"Jangan bunuh saya.. tolong jangan bunuh saya" supir taxi tersebut bersimpuh sambil memohon.

Si peri mendekati supir taxi tersebut. Lalu bertanya
"Suka bintang..?."

"Suka.. suka sekali" jawab supir itu sambil menangis.

tiba-tiba si Peri mengeluarkan pukulan bola kasti sebesar pohon.
 
"Siaaaappp..!!" teriak si Peri

"jangan..jangan.." kata supir taxi itu.

"HIYAA..!!!!"
Lalu memukulkannya kearah supir tersebut sekeras-kerasnya kearah langit hingga terlihat seperti bintang gemerlap.

Aku hanya diam sambil terus menangis.

"Udah jangan nangis" tegas Peri.

"Maaf, maafin Eka peri" kataku penuh isak tangis.

"Ayo pulang" kata Peri sambil berjalan didepanku.

"Kakiku terkilir sakit, sulit untuk digerakan" kataku sambil menatapnya.

Peri menoleh ke arahku.
 
"Genggam jariku" katanya.

ku genggam jemarinya dengan kedua tanganku. Tiba-tiba aku tersentak. Kulihat sayap dikedua punggungnya. Indah, sayap kupu-kupu tujuh warna.
 
Dapat ku rasa diriku mulai melayang, mengawan, terbang mengangkasa bersamanya. Bersama semilir angin menari. Nikmati cahaya gemintang, dan pijar rembulan.

"Aku terbang" kataku sambil tertawa.

peri hanya tersenyum menatapku.

"Peri bolehkah aku merinai sebentar...?" tanyaku pelan.

"Lakukanlah" jawab Peri.

Biarkan malam berdawai indah hari ini, dengan denting denting sendu tentang mimpi mimpi dalam jiwa sepi...,
jangan kau nadakan bintang
tak usah kau minta bulan menyanyi
biarkan saja malam berdawai dengan lirik liriknya yang sunyi.

"Senandung yang indah Eka" kata Peri sambil tersenyum.

"Thanks Peri" aku tersipu.

"Peri namamu siapa, selama ini aku hanya memanggilmu dengan sebutan Peri."

Peri menatapku seraya berkata,
"namaku andromeda."

"Indah" kataku.

"Sekarang tidurlah, sesuai catatan nomer: 23 gak boleh tidur diatas jam sembilan"

Andromeda mengarahkan tangannya kewajahku. Dapat ku rasa butiran lembut menerpa wajahku. Seketika aku mengantuk. Hanya dekapnya hangat yang ku rasa. Aku tertidur. Diantara gemintang.

Bersama Andromeda





@elmira

Senandung Syair Pujian

termenung difajar pagi merangkai embun butir demi butir

senandungkan syair pujian untukMu
 
pada diriMu yang selalu melindungi
apalah adanya diriku tanpaMu
Engkau yang Maha Pengasih
Engkau yang Maha Pengampun
difajar ini ku bersimpuh padaMu

termenung difajar pagi merangkai embun butir demi butir

menatap bingkai usang
 
adalah benar yang kita cinta akan pergi dan yang kita sayang akan sirna

tapi tidak dengan diriMu wahai Rabbku
tegarkan hatiku wahai Engkau pemilik 99 nama Maha Indah

termenung difajar pagi merangkai embun butir demi butir

hidup akan terus berjalan tak kenal belas kasih
padaMu kupasrahkan seluruh jiwa dan raga
dan hanya padaMu diriku bergantung

termenung difajar pagi merangkai embun butir demi butir

ribuan syair-syair bila dikumpulkan takkan pernah mengalahkan indanya KitabMu.

Andai ancala melebur
lautan membeku
bumi hancur
hanya diriMu satu yang abadi Zat yang Maha kuat
 
Engkaulah pemilik semua wahai Rabbku

Engkaulah pemilik langit dan bumi

Engkaulah cinta sejati yang ada dihati para hamba-hambamu

diriku mencintaimu wahai Rabbku
 
Engkau nafas dalam hidupku

ohh.. aku cinta Kau, aku cinta Kau.





@elmira

Tuhan dan Diriku

Pada Tuhan ku bertanya,
Di mana letak wajahmu pun bayangmu
Wahai Tuhan pemilik hati
 
aku yang selalu setia bersamamu tertegun hening
 
Terus menatap takdir

Terkadang rembulan simpai sempurna datang menemani
 
Pun rasi zohra setia menghibur

Ini aku tak abadi sepertimu, adanya aku takdir mati
 
Bila saatnya nanti putus nyawa entah kau akan mengenang

Wahai Tuhan
Saat aku sendiri sepi
Ku dapati engkau tetap memeluk hambamu

Apa dirimu abadi, entah...

Tuhan itu sunyi Tuhan itu diam

Tuhan hanya dirimu yang tahu
 
patah - patah sayap milikku

Aku yang selalu,
Berharap esok kembali
Bersama darah suci dan
Sayap utuh tanpa cacat

Tapi apa mungkin.......

Ah.. Tuhan
 
Bila ku genggam dirimu
Akankah kau ada pada genggamku

Tuhan, saat ku tungu Dirimu
Pada peringgitan sunyi
Agar kita menari bersama.
Kau kecewakan aku

Tuhan ini malam saksi di hidupku

Bila saatnya nanti akan datang
Dan semua menghilang
Saat aku sudah tak mampu bersujud
Di mana rusukku telah menghimpun

Raga ini mati
Harapan sirna
Ada satu yang tetap jadi milikku

Jiwaku
Sungguh jiwaku hanya milikku
Sejak lama ia bersamaku

Hanya padaMu ku bertanya
Wahai pemilik takdirku
Meski tak pernah terjawab

Ku takkan pernah lelah bertanya
Hingga Dirimu membenciku
 
Dan palingkan wajah padaku

Tuhan ajari aku cara bersabar....

...................


@elmira

Suaraku

menangis disudut pilar 

menyendu desah laun artikan kata tanpa makna, telanjangi hati ini

ditemani malam
 
pijar gimintang
 
lalu rembulan wajah pucat

ah.. aku menyendu sepi sendiri.



@elmira

Peri Gazebo (Cerpen prosa)

Hufh.. siang ini matahari bersinar terang panas dapat diriku rasa. Emang lagi demam sih, terkapar manis ditempat tidur.
Pusing kepala ditambah ada masalah perfeck deh pokoknya. Gerutuku dalam hati.
 

"Lanjutin tidur ah" kataku pada diriku sendiri. Mulai diriku pejamkan mata,
nikmati bantal yang empuk ini. Lalu diriku menghitung agar nyenyak tertidur...,
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
 
tu..juh
dela...pan
sembi....
................ ......

"AM SINGLE AN VERY HAPPY" tiba-tiba terdengar suara nyaring ala Oppie Andresta dijendela kamarku. Sontak diriku terbangun.
 

"Oh my God" ternya si peri talisman karat.

"Hello sista how are you"
peri talisman karat bertanya padaku tanpa dosa. Mulai memasuki kamarku lalu terduduk manis diudara tanpa menapak. Maklum namanya juga peri.

"Gak usah nanya udah tau kali kitakan satu jiwa" jawabku sejudes mungkin. Harusnya dia sadar aku ini mau tidur. Menyebalkan (gerutu, ngedumel, jadi satu).

"Oh iya ya, what wrong whit you sista" lagi-lagi bertanya, pake gaya ala oprah lagi.

"Biasa pake logat betawi aja sok ngomong bule you peri" jawabku sedikit jengkel. Aku tau dirinya cuma iseng, usil, lebay, pengen tau urusan orang, sok ngatur, semua jadi satu deh kaya gado-gado.

"Gak boleh gitu dong sist, aku datangkan buat menghibur" katanya sambil mengeluarkan kaca mata hitam dari kantung putih miliknya.

"Wew, sejak kapan ada peri pake kaca mata" tanyaku heran. Ni peri banyak gaya amat ya, bikin kepala tambah pusing.

"Baru beli tadi pagi sis, dibulan store ada diskon 95% jadi langsung beli deh, mumpung baru dapet gaji dari nenek amarahriah" jawabnya sambil berkaca. Mencoba kaca mata barunya.

"Siapa tuh nenek amarahriah..?" tanyaku heran.

"Dia bidadari yang ngatur keuangan didunia peri nama aslinya ahriah, cuma ku tambahin amar jadi amarahriah artinya orang yang selalu marah-marah gak kenal ceria hahahaha" jawabnya dengan tertawa. Sambil sesekali mengibas rambutnya.

Siperi talisman karat salah minum obat kali ya jadi aneh gini,
 
gak biasanya dia o'on gini pembawaannya sehari-hari terkadang berwibawa,
 
dia sahabatku yang hidup dalam jiwa manisku.

"uy" panggilan siperi membuyarkan lamunanku. Wajahnya mendekati wajahku, terlihat jelas guratan indah diwajahnya. Tanpa jerawat ataupun bekas jerawat. Wajahnya putih mulus seperti rembulan saat simpai sempurna. Matanya yang biru indah.

"Gak usah pusing karna urusan cinta lha, hari gini hidup bawa seneng aja" katanya sambil menaikan alis kanannya.

"Iya iya hufh" aku benar-benar pusing. Mataku mulai berkaca-kaca agaknya aku akan menangis. Peri menatapku sendu, mungkin dirinya sudah mulai kembali kewatak aslinya.
 
Tiba-tiba jemari telunjuknya mengusap air mataku lalu dirinya tersenyum.
 

Lalu berkata, "mau bermain tangkap peri-peri kecil...?" tanyanya,

"menyenangkan gak" tanyaku sambil tersenyum.

"Menyenangkan sekali" jawabnya sambil berdiri berjalan mundur dari tempat tidurku. Melepas kacamatanya lalu mengabit jemarinya keatas dinding kamarku.

"Siap ya" katanya sambil menggerakan jemarinya.

aku ingin menyaksikan keajaiban peri...,

"demi ancala selatan diriku sabit langkias sunyi...
 

mantranya mulai dibaca, bisa diriku rasakan angin bersemilir dikamarku. Mengibas rambutku menari diwajahku...,
 
angin yang menghangatkan. Inikah perasaan sayangmu peri...?
 
kataku dalam hati sambil tersenyum.
"TETOT..TOTET..TETOT..TOTET" 

"Apaan tuh..?" tanyaku heran.

"Oh my God" katanya sambil terkaget. Dia keluarkan sesuatu dari kantung putihnya sebentuk dengan jam sebesar bola basket.

"Ada apaan..?" tanyaku masih heran.

"Waktunya kembali bekerja" jawabnya sambil memakai kembali kaca mata hitamnya.

"Gubrak katanya kesini mau menghibur" tanyaku dengan nada sedikit tinggi.

"menghibur tuh cuma basa basi, orang aku kesini niatnya mau mamerin kaca mata baru" jawabnya enteng, sambil melayang terbang keluar jendela kamarku.

"Tha tha elmira, makanya singel aja kaya aku jadi happy terus haha".

wah gazebo ni peri gerutuku dalam hati.
 
Dengan cepat ku ambil boneka teddy yang berada tepat disampingku,
 
kulangkahi arah kakiku kejendela kamarku.
 
Lalu kulempar boneka teddy kearah peri talisman karat yg sedang melayang-layang terbang rendah dipekarangan rumah...,
dan

"BUUGH...GUBRAK" tepat mengenai sasaran lalu siperi terjatuh.

"Hahaha.. sukurin" teriaku kepadanya didepan jendela kamarku. Cepat-cepat ku tutup jendela kamarku, lalu tiraipun kututup.

Hufh menggagu saja menyebalkan gerutuku,
 
kembali diriku ketempat tidur.
 
Nikmati bantal empuk yang akan membawaku kenegeri kapuk.
 

Mulai menghitung kembali...,

satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tu...j.u.h
del..apan
semb..ilan...
sepu....

"OOPS.. I DID IT AGAIN" tiba-tiba terdengar lagi suara siperi ala britney, keluar dari lemari bajuku.

"mau apa lagiiiiiiiiiiiiii" teriakku. Aku lupa diakan peri bisa datang dari mana aja.

"aku lupa inikan hari minggu libur, ayu main hahaha" katanya sambil tertawa.

GUBRAK, "aku mau tidur" hikz....





@elmira

Mencapai Nadir...?

dari sudut jendela kamar dapat diriku lihat bulan simpai sempurna
warna pucat hiasi langit malam ini...,

gemintang pijar setengah

ranting tak berdaun

pagipun tak ada kicau murai

uir-uir enggan bersua

angin dingin hembus pasih

apa mereka sedang menggapai nadir..?

manusia berdadai tak pasti

karubin tertegun hening

tapi tak diriku dengar sangkakala, apa masih tertahan diantara bibir Israfil...?

entahlah...,

mungkin Tuhan masih ingin bermain dengan karyanya.





@elmira

Piano Menangis (Mimpi)

sabit mimpi pada sadur selaka

perih...,

getaran memperdengarkan detingan nada diri

piano sedang menangis
mendengar mimpi signorina...,

piano dirimu jagabelaku
jua
bagai danghyang untukku

harap...,

ini bukan shiyal tapi perasaan sepaham
pada dentingan dan tangis yang menyelaras

hiasi deburan tiap-tiap mimpi
ditemani cahaya rembulan malam
hangatkan pemilik tubuh, sinari perak badan piano

berdenting

berdampingan

bagai dongeng

seindah duyung

lalu bersenandung

senandung milik signorina air mata;

"dirikukan terus berharap, meski hanya mimpi"

hanya mimpi.





@elmira

Sarsar ?

merangkai diriku tiap jejak tapak
agar menjadi pasti,

menyergap, sesak hati

mengapa tak dirimpung saja diri ini, sekalian kau ripuk hati ini
biar tak ada lagi risak pada diriku

iya pada diri ini...,
tapi bukan cintaku

biar diriku abadikan cinta ini pada seleguri.

Ingin aku menempik padamu agar bertempiaran..!!

ah... sudahlah sudah

biar terus diriku rajut harap ini, meski penuh dengan tangis getih...,

hingga merenyap adanya diriku.





@elmira

Nur Asa

ini laut teduh tak bertepi
tatapan jiwa pada hati

lempar harap pada langkias lalu seligit sunyi
dan untuknya diriku menyelimpat sendiri

ah.. diriku berselindung hati
menangis lirih

mengawan perhatikan karubin
ditemani tiap kepakan sau-sau pada safa

diri ini enggan menangis tapi air mata merinai sendiri...,
 

tanpa mendengar titah sang puan,
 
mereka terus berjatuhan membutir hujami wajah
dan hatiku yang menimang pilu pun semakin menyendu menjerit lirih tersayat perih

tapi lihat...,
 
kupu-kupu membingbing
membawaku hingga suraloka
 
hiasi tiap helai rambutku bunga kapas satu-satu... mahkota lembut

hingga dapat diriku lihat indah tariannya pada suralaya

ah.. melupa diriku pada sedih
yang ada hanya denting-dentingan piano pada tiap kidung-kidung dan lentesasi kupu-kupu
 

lalu semilir yang tertiup pelan sejukan suralaya

oh.. syahdunya

elmira dirimu tak lagi menyabak sedih,
lihat itu kupu-kupu merunuti tiap sisi,
 
lalu bunga kapas yang menyeriah pada hati mereka syahsiahmu yang terus menabir,

mari mulai lagi
 
gempit harap pada doa
merinai rayu
bersenandung patut





@elmira

Senjaku Merinai Lagi

senjaku merinai kalbu
diriku terharu
pada bisik-bisik semu
dan lamunan sau-sau

senjaku menuai rima
diriku henti kelana
pada sayap-sayap nirwana
dan senandung waranggana

oh..., senja dimana sahabatmu sang pelangi
yang menenangkan para hati nurani
apa sedang tertidur lupakan hari
ataukah pundung karna tirani

senjaku sewarna la'al
seindah la'la
bagai padma si seroja
dalam pelukan satu virtual

kidung-kidung pada senja berkumandang
lihat..., itu bulan memandang
seperti galuh seumpama gamping
menunggu malam biar berganding

akh.. senjaku lagi-lagi merinai
biarlah biar, agar hati tak rimpuh renyai
ripuh sendiri.





@elmira

Sajak Kosong

unjun padanya mengujuk satu itu kosong

menjadi untun beruntun adalah kosong

sepi itu sunyi, sunyi mengembang menjadi hening lalu kembali pada kosong

unjam setiap unsuri kosong kosong dapati kosong

nata yang dalam geta tetap geronggang kosong

telah harap sabit pada sabitah tapi lihat yang ada kosong

pada kabut safa lihat saf semu...,
akh... itu kosong

adakah pada jiwa itu kosong...?

ripuk hati meruak jiwa telah merisak diri, kembali pada kosong

sajak kosong;

mari kita merincis kosong,
 
lalu kaitkaitan agar berjuntai pada lazwardi dewa,
 
hingga tersisih jauh tak dapati lagi kosong.





@elmira

Sajak untuk Sarah 'Lingling' Panjaitan

kala mentari tertutup senja adakah pijarmu meredup kakak...,

janganlah dirimu bersenandung renyai
ataupun renyang sendiri
nikmati rasa embun saat pagi

kala mentari tertutup senja adakah pijarmu meredup kakak...,

akankah dirimu sayu
dengar senyap sarwa sau-sau
 
hentikan
 
lihat itu purnama simpai sempurna untuk dirimu

kala mentari tertutup senja adakah pijarmu meredup kakak...,

padamu adakah rasa silengah untuk dirinya
bukankah ribang hatimu mengingatnya
padanya harapmu akan rampung
dan pada janjinya dirimu terikat

sajak untuk sarah;

kala mentari tertutup senja adakah pijarmu meredup kakak...,

redamlah setiap angkaramu
bila malammu gelap maka dirinya lantera untukmu

tepis kasak-kusuk dan tepik sorak
 
singkir krikil-krikil kecil yang menghalang

dan diriku tau pasti dirinya cinta abadimu
dirinya sandaran hidupmu

teruslah sinari pijar jiwamu, hingga dirinya menjadi sabitah abadi di hatimu.





@elmira

Sajak untuk Maria Sylvine Greidhadt (Koryo)

maria...,

diri ini merindu

saat jemari mendentingkan nada-nada pada piano
mengingatmu saat bersama
mainkan satu bait satu bait tiap detik

maria...,

dandelion milikmu telah bermekaran
 
menjadi penengah ditengah taman antara mawar-mawar merah

maria...,

sekarang dirimu berada diantara peri-peri yang mendukut
memakai gaun putih bersayap merpati,
detingkan piano nada-nada kita
memandang sendu pada bumi
senyum rindu untuk semua

gomenassai...,
kata-katamu sebelum menutup mata

maria...,

dirimu sekarang salah satu hunian langit
indakah langit biru itu...?

sajak untuk maria;

tinggalah dalam damai beristirahatlah dengan tenang
sampai saatnya nanti diriku merunuti cahayamu
bertemu diantara dua pintu lalu mulai merajut kisah kembali
bermain lagi


selamat tinggal...,



maria.




@elmira

Senandung Diamku

gerimis merintik, merintis lirih ............................

malamku diam,
 
diam mengembang menjadi sunyi

diriku termenung sendiri
berteman tiap serpih bisu

kubuka jendela kamar
basah berembun

dapat diriku hirup bau rasa
semilir angin berhembus pelan-pelan
kibas tiap helai-helai rambut, seakan menari diwajah

hatiku berkaru...,

tatap bulan,
 
dirinya menyendu
ingin rasa mengepak sayap sentuh permukaannya dengan jemari,
 
lalu petik bunganya,
 
tapi sayapku rapuh

lalu akupun diam...,

khayali diri akan nanti
ingin mengenang...,
 
pada diam

malam ini tak ada kidung, senandung, ataupun kicau

malam ini hanya diam,

lalu dirikupun kembali terdiam...,

ingin rasanya kait-kaiti bayang dirimu, pada setiap manik-manik bintang
biar abadi adanya

tapi diriku hanya mampu diam...,
 

apakah diamku ini rindu..?

diriku merindu
rinduku terdiam

biar diriku simpan rindu dan cinta ini pada senandung diam,

biarkan diriku terdiam, sampai saatnya nanti menutup mata

diamku tak berdusta,
sumpah dirinya yang kucinta





@elmira

Mawar Pagi

embun pada pagi 
lihatlah...,

tuturnya meratur
adil membagi
pada kuncup hingga mawar bermekar

hilangkan serpih-serpih rindu pada kelopak

mengikis-kikis, satu-satu sampai sirna
 

hingga mawar melambai lambat-lembut saling sapa

mawarpun tak rambang lagi, embun datangkan lantera

lalu mawar mulai meraksi, bersenandung rapsodi.




@elmira

Senjaku Merinai

gerimis rintik-rintik 
merimis meliri-lirih
membasahi rintis-rintis
tanpa masa merisak arah

oh.., rimpuh hati ini

gerimis rintik-rintik
 
hujan merenyai
senjaku rusuh hati
kupu-kupu menggigil risik
bunga-bunga kapas menggerisik
lentesasi merisik petuah peri

akh..., elmira senjamu rimas

biarlah-biar
biar diriku unjut senja ini dengan untai...,

lalu sendiri merinai.





@elmira

Sajak Untuk Andaru

pada andaru, adakah sinarmu akan pudar kawan

disana, jauh diseberang sana dirimu coba gapai mimpi

diatas lautan o pui thong, dirimu merajut harap

pada andaru, adakah sinarmu akan pudar kawan

dirimu bukan berada pada lakara, ataupun seorang yang melalang,
tetapi dirimu laksamana sang penakluk

dan pada siang matahari menantangmu
berharap andaru memudar,
menyerah
sirna

takluk pada o pui thong

lalu pada malam,
 
dirimu merenung sedih
tangis sendiri

merindu ibu...,

pada andaru, adakah sinarmu akan pudar kawan

jangan pernah lelah andaru
tatap purnama
sesungguhnya itu dirimu

gapai harapmu

rentangkan sayapmu hingga menutup bumi

matanatkan jiwamu

tantang mentari
berikan malam tarian lentesasi
biarkan mereka tertegun menatap

disini,
 
kami menuai doa
untukmu,
 
untuk dirimu wahai sahabat

pada maya kita berbagi kasih kenang lalu

dan disini, tanah pijak tempat lahirmu ada sahabat dan kekasihmu

menunggumu...,

saatnya nanti bermain dewi-dewi, bunda bumi randu hakiki

sajak untuk andaru;
pada andaru, adakah sinarmu akan pudar kawan

jangan,
 
jangan pernah memudar,

teruslah melangkah
 
kait-kait mimpimu dalam doa sampai saatnya nanti
 
matahari lelah sinar.





@elmira
 
 
 

gadis kupu-kupu

gadis kupu-kupu
Hei, kau gadis kupu-kupu.. pa bila ku buka sangkarmu, adakah dirimu akan menjadi binal?, JAWAB..!!, takkah dirimu lihat air mataku menghujam pedih menunggu!. Tetaplah dirimu disana jangan engkau melangkah sejengkalpun melihat dunia luar, tetaplah dalam sangkar, rajut senyummu hingga sempurna, tetaplah. Hingga sampai saatnya nanti matahari lelah pijar.

Bunga Kapas

Bunga Kapas
ah, bunga kapas.. pergilah terbang melayang mengawan yang menawan, lalu pulanglah kembali ceritakan padaku tentang lima warna musim.

pudar Harapan lamun

pudar Harapan lamun
Biarkan aku terjatuh, jangan takut! jangan pernah takut. Biar mereka yang di bawah sana tau!, bahwa aku memiliki apa yang mereka tak miliki. Biarkan mereka semua tau!, yang diatas maupun yang di bawah, bahwa aku masih memiliki Bentang, untuk nikmati hariku di letak tertinggi.
 
Copyright © Ranting Sepi
Using Protonema Theme | Bloggerized by AVR