"Pokoknya gak bisa" tegas kakakku sambil menenteng kopernya.
"Selama kakak keluar negri, semua tanggung jawab kakak serahin ke peri talisman karat" kata kakakku sambil membuka bagasi mobilnya. Dan meletakkan kopernya ke dalam bagasi mobil.
"Tapi kak..." kataku lambat.
"Gak ada tapi-tapian kalo kakak bilang gak, ya nggak" jawab kakak tegas menatap tajam diriku.
"Catet" tiba-tiba muncul suara yang tak asing lagi dibelakangku. Peri talisman karat. Dia sudah siap menjadi bodygardku selama satu minggu.
"Peri ingat ya, semua pesan dan catatan yang aku kasih ke kamu" kata kakakku menegaskan.
"Siiiiiip El, asal jangan lupa juga pesananku, minyak wangi Chanel and baju renang model paling baruuu, buat nanti liburan ke Hawai" jawab si peri dengan beribu gaya.
"Ok, nah Eka kakak pergi dulu ya, jaga diri baik-baik, jangan telat makan dan gak boleh keluar" ucap kakakku sambil mengecup keningku, seraya masuk ke dalam mobil.
"Iya kakak, hati-hati ya" kataku sambil menyimpul senyum, menatapnya sendu.
Mobil Honda jazz itupun keluar dari bagasi rumah kami, meninggalkan komplex perumahan kami. Dan mulai tak terlihat.
hufh.. gumamku. Namaku Eka lengkapnya Eka larasati, itu tadi kakakku Elmira. Semenjak orang tua kami tiada kakaklah yang membesarkanku. Dan dalam seminggu ini aku akan berada didalam pengawasan Perinya.
"WOI..!" teriakan keras tepat ditelinga kananku membuyarkan lamunanku sekaligus mengagetkanku.
"a..pa" dengan nada sedikit kaget aku menjawab.
"Jam 12:10 catatan nomer: 3 waktunya makan siang" peri menunjukan catatan sepanjang 2 meter ke arahku.
"Iya" jawabku lemas, sepanjang itukah pesan dan catatan kakakku. Ya Tuhan.
***************
Waktu menunjukan pukul 16:10 wib, btnya minta ampun.
"Nonton dvd ah.."
belum sempat kuarahkan kakiku ke ruang tv, dering telfon berbunyi, seketika aku berlari kecil kearah telfon yang sedang berdering. Bergema didalam rumahku.
"Hallo"
"Eka" suara diujung sana bertanya.
"Iya, Ibnu ada apa..?" suara yang sudah tak asing untukku.
"Gimana mau ikut gak..?" tanya Ibnu.
"Aduh, gak tau ya, kayaknya gak bisa" jawabku.
"Wah, kenapa" tanya Ibnu.
"Aku harus jaga rumah"
"Yah rumah ngapain dijagain gak bakal kabuuur..."
"Tuk..tuk..tuk.." tiba-tiba ku dengar suara ketukan jari di meja telpon. Ternyata si peri sudah berada tepat disampingku. Terlihat tinggi. Memang dia tinggi mungkin tingginya sekitar 175 cm.
"Catatan nomer: 55 gak boleh nerima telfon dari laki-laki lebih dari 10menit" kata si Peri sambil menunjukan catatan yang super panjang itu.
"Hallo Eka.. Eka kamu masih denger gak sih..!" tanya Ibnu yang sedikit gusar.
"Eh.. iya maaf, gak kayanya aku gak bisa nu, sorry udah dulu ya" seketika telfon ku tutup.
Langsung aku berlari pergi kekamar kakakku tanpa menoleh kepada si Peri. Muak aku dibuatnya.
"Menyebalkan..!" gerutuku sambil merebahkan diri ketempat tidur. Apa yang harus ku lakukan agar aku bisa menghadiri kupdar anak-anak poet at facebook. Aku ingin pergi kesana. Benar-benar gak ada ide supaya bisa keluar dari rumah.
Hufh.. kutarik laci tolet kakakku, dia biasa meletakan mp3 disini. Seketika..
"apa ini..?" botol putih bertuliskan GLUTETIMID tergeletak di dalam laci tolet kakakku. GLUTETIMID HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Lalu kulihat tulisan tangan kakakku, obat tidur penghilang rasa cemas.
"Oh.. mungkin ini punya pasiennya, kakakkukan dokter" gumamku dalam hati.
Entah mengapa tiba-tiba terbesit ide gila dalam otakku.
***************
Suara televisi terdengar nyaring.
Kabar seputar selebritis. Ternyata Peri talisman karat sedang menyaksikan gosip artis terkini.
"Wah..wah..wah dasar manusia kerjaannya nikah cerai terus" gumam si Peri dengan mimik wajah serius menyaksikan acara tersebut.
"Peri..." panggilku dengan lembut.
"WHAT" jawab si Peri sambil melirik kearahku.
"Kalo bilang mau keluar jawabanya gak boleh..! seperti yang tercantum pada catatan nomer: 46" katanya sambil menghakimi masih dengan lirikannya.
"bukan Peri ini Eka buatin teh buat Peri."
"teh..?" si Peri menaikan alis mata kanannya.
"iya" jawabku sambil tersenyum."
"I LIKE IT..!"
Dengan satu kali petikan jemari Peri merubah suasana diruang televisi menjadi seperti era Tokugawa. Aku hanya bisa tecengang dibuatnya.
"Ehm.."
Oh ternyata si Peri sudah duduk manis mengenakan kimono ala Geisha.
"Apakah aku terlihat cantik..?" tanya si Peri sambil mengedip-ngedipkan mata.
"iya cantik hehehe.." jawabku serba salah. Sebenernya sih aneh bedaknya terlalu menor.
"Langit dan bumipun tau kalo diriku ini Peri paling tercantik hahaha..."
Wekz narziznya ni peri gumamku.
"Kemarikan tehnya."
Kuberikan teh itu kepada si Peri dia meminumnya dengan perlahan. Sama seperti wanita-wanita jepang saat menikmati teh hijau dibawah pohon sakura.
"Hangat, enak, tapi kok pait ya..!" tanyanya padaku sambil menaikan alis mata kanannya.
"Pait gak mungkin ah" sergapku.
"Iya rasanya rada aneh"
Sebenarnya aku mulai takut ketahuan. Soalnya teh itu sudah ku campur dengan Glutetimid sebanyak 15 capsul.
"Aduh.. mataku kunang-kunang" kata si Peri.
Si Peri berdiri berjalan dengan sempoyongan.
"Wow kok pada miring semuanya ya..? Eka kepalamu ada tiga" katanya sambil berjalan sempoyongan.
"Am flying, am flying"
dengan seketika
"GUBRAK BRAK."
Si Peri terjatuh, agaknya tertidur, kudekati tubuhnya
"Peri bangun, bangun" kataku sambil menggoncangkan tubuhnya. Tapi yang ku dengar hanya suara dengkuran.
"Yes, yes, yes, berhasil" teriaku sambil loncat kegirangan.
Aku langsung menuju kamarku untuk bersiap-siap pergi.
***************
Waktu sudah menunjukan pukul 19:35. Aku sudah berada diluar komplex luar perumahan. Hampir sepuluh menit belum ada taxi yang melintas.
Akhirnya hampir sekitar dua puluh menit penantianku gak sia-sia ada juga taxi yang melintas didepan komplex rumahku.
"Pak ke jln. Kenari ya" kataku pada supir taxi yang baru saja ku berhentikan.
"Iya Neng" jawab supir tersebut.
Kunaiki taxi itu dikursi belakang. Dari rumahku ketempat Ibnu butuh waktu kira-kira dua puluh menitan.
Ini pengalaman pertamaku keluar malam sendiri, biasanya kakak selalu mengantarku.
Ada sih rasa takut sedikit, mendingan kuselingi dengan maen facebook pikirku.
"Neng kita potong jalan aja ya biar cepat" tiba-tiba pak supir bertanya padaku.
"Iya pak yang penting sampai dengan selamat"
Pak supir mulai melewati jalan yang arahnya tak ku kenal. Mungkin ini jalan pintas pikirku.
Entah mengapa tiba-tiba perasaanku gak enak, aku benar-benar tak mengenali jalan yang dilalui supir ini. Kok seperti perkampungan.
"Pak ini lewat mana ya..?"
"Tenang Neng bentar lagi juga sampai" jawab supir taxi itu enteng.
"Kok jalan pintas malah lama sih pak !."
Si supir diam saja. Perasaanku menjadi gak karuan, jantungku berdetak kencang, dan mulai berfikir yang tidak tidak-tidak.
"Udah pak saya berhenti di sini saja !" kataku dengan tegas.
Supir itu tidak menghiraukan perintahku. Malah melaju semakin kencang.
Aku benar-benar takut. Aku harus nekat pikirku. Kupukul kepalanya dengan handphone yang sedang ku genggam sekeras-kerasnya dan bertubi-tubi.
Mobil direm mendadak. Dengan cepat aku keluar dari taxi.
Tempat apa ini, terlihat seperti makam. Memang terlihat banyak kuburan disekitar.
Aku berlari dan terus berlari.
Tanpa menoleh kebelakang, nafasku mulai seduh sedan, lelah mulai ku rasa.
Aku sudah mulai tak kuat untuk berlari. Kuhentikan langkah kakiku, sepi sunyi. Aku sendiri disini bersama para makam. Betapa takutnya aku.
"Aku dimana..?" tanyaku pelan pada diriku sendiri. Ingin rasanya menangis sekeras-kerasnya.
"TOLOONG..." teriaku keras berharap ada yang mendengar.
Andai aku gak pernah keluar rumah.
Andai aku nurut ama kakak.
Andai aku gak pernah mencampur teh Peri dengan obat tidur. Sekarang aku hanya bisa menangis.
"DI SINI RUPANYA..!" suara parau itu membuyarkan lamunanku. Ternyata supir taxi itu mengikutiku. Ataukah dia datang karna teriakanku, ah bodohnya aku.
Supir taxi itu mendekat kearahku.
Aku mulai berlari lagi, tapi kakiku menyandung batu besar, dengan seketika aku jatuh tersungkur. Tumit tangan kananku menghantam batu cukup keras. Dan pergelangan kakiku terkilir. Sakit sekali. Sulit untuk digerakan.
"Udah Neng diem aja yang manis ya.." kata supir taxi itu sambil mendekat kearahku.
Aku hanya diam. Ingin teriakpun tenggorokanku seperti ditusuk duri. Aku takut, takut. Air mataku terus menetes aku menangis dengan keras.
Tiba-tiba dari arah belakang ada yang melempar batu krikil kekepalaku. Dengan cepat ku menoleh.
"Terlalu kau Eka" ternyata Peri talisman karat. Matanya terlihat masih mengantuk. Dia berjalan kearahku dengan sedikit sempoyongan.
"Peri.." kataku dengan isak tangis.
"Peri..? Peri siapa adik manis, disini cuma ada aku dan kamu" jawab supir taxi tersebut.
Selain aku dan kakakku gak ada yang bisa melihat wujud peri.
Peri menatap supir taxi itu dengan cukup tajam. Lalu ia
petikan jemarinya.
Dengan seketika supir taxi itu terperangah kaget.
"kok tiba-tiba muncul.. jangan jangan.. han.. han.. hantuuu" teriak supir taxi itu seraya berlari pergi.
"WAIT !" teriak si Peri.
"Jangan bunuh saya.. tolong jangan bunuh saya" supir taxi tersebut bersimpuh sambil memohon.
Si peri mendekati supir taxi tersebut. Lalu bertanya
"Suka bintang..?."
"Suka.. suka sekali" jawab supir itu sambil menangis.
tiba-tiba si Peri mengeluarkan pukulan bola kasti sebesar pohon.
"Siaaaappp..!!" teriak si Peri
"jangan..jangan.." kata supir taxi itu.
"HIYAA..!!!!"
Lalu memukulkannya kearah supir tersebut sekeras-kerasnya kearah langit hingga terlihat seperti bintang gemerlap.
Aku hanya diam sambil terus menangis.
"Udah jangan nangis" tegas Peri.
"Maaf, maafin Eka peri" kataku penuh isak tangis.
"Ayo pulang" kata Peri sambil berjalan didepanku.
"Kakiku terkilir sakit, sulit untuk digerakan" kataku sambil menatapnya.
Peri menoleh ke arahku.
"Genggam jariku" katanya.
ku genggam jemarinya dengan kedua tanganku. Tiba-tiba aku tersentak. Kulihat sayap dikedua punggungnya. Indah, sayap kupu-kupu tujuh warna.
Dapat ku rasa diriku mulai melayang, mengawan, terbang mengangkasa bersamanya. Bersama semilir angin menari. Nikmati cahaya gemintang, dan pijar rembulan.
"Aku terbang" kataku sambil tertawa.
peri hanya tersenyum menatapku.
"Peri bolehkah aku merinai sebentar...?" tanyaku pelan.
"Lakukanlah" jawab Peri.
Biarkan malam berdawai indah hari ini, dengan denting denting sendu tentang mimpi mimpi dalam jiwa sepi...,
jangan kau nadakan bintang
tak usah kau minta bulan menyanyi
biarkan saja malam berdawai dengan lirik liriknya yang sunyi.
"Senandung yang indah Eka" kata Peri sambil tersenyum.
"Thanks Peri" aku tersipu.
"Peri namamu siapa, selama ini aku hanya memanggilmu dengan sebutan Peri."
Peri menatapku seraya berkata,
"namaku andromeda."
"Indah" kataku.
"Sekarang tidurlah, sesuai catatan nomer: 23 gak boleh tidur diatas jam sembilan"
Andromeda mengarahkan tangannya kewajahku. Dapat ku rasa butiran lembut menerpa wajahku. Seketika aku mengantuk. Hanya dekapnya hangat yang ku rasa. Aku tertidur. Diantara gemintang.
Bersama Andromeda
@elmira
Tidak ada komentar:
Posting Komentar