Warnasari tapak dara mengiring detak denting di altar suci. Tertanam tandus pada wajah bumi. Tetes embun menemani tiap - tiap rasa. Selaksa pijak yang membasuh lin pada tapak - tapak kaki.
Warnasari tapak dara ditiap jengkal camara putih. Membawa tengarang dan segenggam seruput impian nyata. Hingga saat nagara hiasi jumantara ribu rona dan bersabda diluhur kurubin.
:Diriku rarai jiwa pun rembi henyak pada diri.
Akankah terengkuh unjun - unjun tapak dara di tiap - tiap kerai hingga tak ada rembi menampar pipi?. Ini juwita tinggalkan hati. Hanya ada terista tersisa pada tapak dara.
O, tapak dara Sang Hyang rangum juwitamu pun dirimu bertalun litup - litup. Rangup adanya, limpung trisula diujung jantung. Jangan rantuskan nyawa jika tak ingin juwita merembi darah.
Warnasari tapak dara nahak jiwamu. Meski dirinya tak berwaruga mahianya cinta. Tidak di dataran bumi melainkan di dewana jumantara.
:Keabadian.
@elmira
Kairo,
31 Januari 2010 [19:14]
Warnasari tapak dara ditiap jengkal camara putih. Membawa tengarang dan segenggam seruput impian nyata. Hingga saat nagara hiasi jumantara ribu rona dan bersabda diluhur kurubin.
:Diriku rarai jiwa pun rembi henyak pada diri.
Akankah terengkuh unjun - unjun tapak dara di tiap - tiap kerai hingga tak ada rembi menampar pipi?. Ini juwita tinggalkan hati. Hanya ada terista tersisa pada tapak dara.
O, tapak dara Sang Hyang rangum juwitamu pun dirimu bertalun litup - litup. Rangup adanya, limpung trisula diujung jantung. Jangan rantuskan nyawa jika tak ingin juwita merembi darah.
Warnasari tapak dara nahak jiwamu. Meski dirinya tak berwaruga mahianya cinta. Tidak di dataran bumi melainkan di dewana jumantara.
:Keabadian.
@elmira
Kairo,
31 Januari 2010 [19:14]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar